Sahabat pena mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah

POLEMIK FULL DAY SCHOOL: KEBUTUHAN ATAU SEKEDAR TIRUAN?

POLEMIK FULL DAY SCHOOL: KEBUTUHAN ATAU SEKEDAR TIRUAN?

Full day school adalah suatu sistem pendidikan dimana sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar seharian penuh yang umumnya dimulai pukul 07:00 sampai 16:00. Meski seharian penuh, bukan berarti siswa akan diberikan mata pelajaran saja. Melainkan tambahan jam sekolah digunakan untuk pengayaan materi ajar yang disampaikan dengan metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan untuk menambah wawasan dan memperdalam ilmu pengetahuan, menyelesaikan tugas dengan bimbingan guru, pembinaan mental, jiwa dan moral anak. Dengan kata lain konsep dasar dari full day school ini adalah Integrated Curriculum dan Integrated Activity. Full day school biasa diterapkan di sekolah keagamaan dan sekolah internasional.
Full day school sempat menjadi trending topic setelah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, Drs., M. AP mengusulkan sistem ini sebagai gebrakan baru pendidikan di Indonesia. Pada rencananya, sistem ini akan diterapkan untuk jenjang pendidikan SD dan SMP. Hal yang melatarbelakangi diusulkannya full day school adalah banyaknya siswa yang selalu sendiri setelah pulang sekolah dikarenakan orang tua yang masih bekerja. Dengan begitu anak akan langsung dalam pengawasan orang tua dan terhindar dari pergaulan bebas sehingga terbangun karakter mereka yang baik. Ini biasa terjadi di daerah perkotaan.
Full day school adalah salah satu sistem pendidikan yang memang sudah banyak diterapkan di berbagai negara maju, misalnya China, Jepang, Korea, Singapura, dan sebagainya. Salah satu negara yang sukses menerapkan full day school adalah Finlandia. Finlandia juga dikenal sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi pendidikan sehingga masyarakatnya bisa mengenyam pendidikan tanpa harus mempermasalahkan soal biaya. Lantas bagaimana jika penerapannya dilakukan di Indonesia?  

Data dan Fakta 
Sebenarnya sudah banyak sekolah swasta di Indonesia yang menerapkan sistem ini. Sebagai contoh adalah SD Islam Al Azhaar. Adapun program-program yang dimiliki SDI Al Azhaar diantaranya: Taman bayi dan balita, PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan SMK Farmasi, ada pengembangan lain yaitu Pesantren putra dan putri, pondok Al Qur'an, Griya Sehat, Lagzis, Kolam Renang,  English Course, PKBM, BMT, Alazindo Group, Penyelenggaraan makan sekolah, Radio Komunitas Al Azhaar FM. Jadi di SD Islam Al Azhaar tidak hanya diberikan mata pelajaran sesuai kurikulum nasional, tetapi juga diberikan pelajaran tambahan di bidang keagamaan, dan kegiatan lainnya.

Meski sudah banyak sekolah yang menerapkan sistem ini di Indonesia, tetapi masih banyak juga yang menolak penerapan sistem ini. Ada beberapa alasan terkait penolakan sistem ini:
1.    Tingkat konsentrasi setiap anak berbeda.
Sebelum sistem ini diberlakukan maka harus memperhatikan juga psikologis anak. Karena konsentrasi setiap anak berbeda, ada yang mudah lelah, ada yang dalam penerimaan materinya lambat, bahkan ada yang sangat mudah dalam penerimaan materinya.
2.   Sarana prasarana yang belum dimiliki sebagian sekolah.
Apabila sistem full day school diterapkan, maka sarana prasarananya juga harus tersedia seperti halnya jumlah kelas yang mencukupi. Di beberapa wilayah di Indonesia khususnya di daerah yang terpencil, masih banyak sekolah yang belum memiliki kelas yang tercukupi. Jadi di beberapa sekoah menerapkan sekolah satu atap dimana para siswa dari tingkatan kelas yang berbeda melakukan kegiatan belajar mengajar di satu ruangan secara bersamaan. Adapun di sekolah lain menerapkan jam masuk yang berbeda-beda. Jadi untuk sebagian kelas masuk pagi dan sebagian lagi masuk siang.
1.    Tidak semua sekolah cocok menggunakan sistem ini.
Meskipun beberapa sekolah sudah banyak yang menerapkan sistem ini, belum tentu sistem ini juga cocok apabila diterapkan di sekolah lain. Ini bisa dikarenakan berbagai faktor yang menjadi penyebab kurang cocoknya penerapan sistem ini.
2.    Kondisi sosial dan geografis yang berbeda di setiap wilayah.
Jika sistem ini diterapkan di perkotaan, ini masih kemungkinan dapat dilaksanakan. Karena setelah pulang sekolah, mayoritas siswa akan langsung bermain dengan teman mereka. Beda halnya dengan mereka yang tinggal di pedesaan khususnya di daerah terpencil. Terkadang mereka juga harus membantu orang tua mereka bekerja di sawah setelah mereka pulang sekolah demi membantu perekonomian keluarga. Sehingga tidak memungkinkan apabila sistem full day school ini diterapkan. Begitu pula dengan geografis berbagai wilayah di Indonesia. Masih banyak wilayah di Indonesia yang belum memiliki fasilitas pendidikan yang mumpuni, misalnya gedung sekolah yang belum ada, maupun tenaga pendidik yang minim. Oleh karena itu, ini perlu menjadi pertimbangan dalam penerapan sistem full day school sebagai sistem pendidikan nasional.
3.    Orang tua akan kesulitan mengawasi anak-anaknya.
Jika sistem ini diterapkan, maka para orang tua akan kesulitan mengawasi anak-anaknya karena anak-anak mereka lebih banyak berada di sekolah. Mereka baru bisa mengawasi secara langsung ketika anak mereka sudah pulang sekolah.
4.    Menimbulkan pengaruh finansial keluarga pelajar.
Dengan diterapkannya full day school, maka akan menambah biaya yang harus ditanggung oleh orang tua pelajar. Biaya tersebut digunakan untuk biaya sarana prasarana sekolah dan tentunya uang saku untuk anak.
Meskipun full day school ini sempat menjadi pro kontra di masyarakat, Mendikbud menjelaskan beberapa alasan yang membuat full day school ini menyenangkan diantaranya:
1.    Tidak ada mata pelajaran.  
     Proses belajar mengajar mata pelajaran hanya dilakukan setengah hari saja. Sisanya akan diisi dengan kegiatan lainnya, misalkan kegiatan keagamaan, kegiatan olahraga, bermain, dan sebagainya.
2.    Orang tua bisa menjemput anak mereka pulang sekolah.
Jika sistem Full Day School ini diterapkan, maka orang tua bisa menjemput anak-anak mereka setelah mereka pulang bekerja. Dengan begitu anak-anak juga akan langsung dalam pengawasan mereka.
3.    Membantu sertifikasi guru.
Dengan diterapkannya sistem ini, maka guru juga akan mendapatkan jam tambahan untuk mengajar. Ini bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk membantu sertifikasi mereka.
Pada awalnya full day school bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan juga untuk meningkatkan pendidikan karakter anak. Namun belum tentu itu dapat diwujudkan hanya dengan menerapkan sistem ini. Karena hal tersebut tidak bisa langsung berubah hanya karena perubahan sistem. Orientasi  pendidikanlah yang harus dibenahi. Sistem full day school ini pada dasarnya adalah sekolah setengah hari (half day school) kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Pendidikan Non Formal.  Pendidikan Non Formal memiliki beberapa tujuan misalnya:
a.    Memberi suasana baru.
Siswa yang selalu berada di dalam kelas dengan dibebani berbagai macam tugas, mereka akan merasa bosan dengan suasana yang monoton. Dengan adanya kegiatan Pendidikan Non Formal, itu akan membuat mereka lebih merasa bebas terlebih lagi jika bidang yang dipilih sesuai dengan minat mereka.
b.    Melatih skill baru.
Pendidikan Non Formal tidak hanya mengenai wawasan seperti pada Pendidikan Formal. Melainkan Pendidikan Non Formal juga memberikan dan melatih kemampuan baru mereka sesuai yang mereka inginkan.
c.    Melatih berorganisasi.
Pendidikan Non Formal bisa dilakukan dimana saja, misalnya di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Apabila di lingkungan sekolah, mereka bisa berorganisasi lewat kegiatn ekstrakurikuler. Sedangkan di lingkungan masyarakat, mereka bisa melatih organisasi di lembaga yang ada di lingkungannya seperti karang taruna.
Mutu pendidikan dapat ditingkatkan tidak hanya diperoleh melalui Pendidikan Formal, melainkan juga Pendidikan Non Formal. Karena pada Pendidikan Non Formal ilmu yang diberikan lebih bervariasi, sehingga para siswa bisa menyesuaikan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan mereka. Sedangkan untuk Pendidikan Karakter bisa diperoleh melalui Pendidikan Informal.  Pendidikan Informal merupakan pendidikan yang muncul dari keluarga maupun lingkungan sekitar mereka tinggal.
DAFTAR RUJUKAN
Setiyarini, I. N., Joyoatmojo, S., & Sunardi. 2014. Penerapan Sistem Pembelajaran “Fun & Full Day School” Untuk Meningkatkan Religiusitas Peserta Didik Di Sdit Al Islam Kudus. Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, (Online), 2 (2): 231-244, (http://jurnal.fkip.uns.ac.id), diakses pada 26 September 2016.
Tempo. 3 Alasan Menteri Muhadjir Full Day School Akan Menyenangkan, (Online), (https://m.tempo.co/read/news/2016/08/10/079794640/3-alasan-menteri-muhadjir-full-day-school-akan-menyenangkan), diakses pada 10 Agustus 2016.
Tuti. 2014. Pendiri LPI Al Azhaar Tulungagung, (Online), (http://suarakomunitas.net/baca/78911/pendiri-lpi-al-azhaar-tulungagung/), diakses pada 29 September 2016.

  BIODATA PENULIS



Namanya Eka Erlinda Putri. Dia lahir di Tulungagung, 04 Maret 1996. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga yang hampir semuanya adalah seorang pekerja seni. Sejak kecil ia tinggal bersama kedua orangtua dan kedua saudaranya.
Selama ini dia pernah mengenyam pendidikan di TK dan SD Islam Al Azhaar. Setelah lulus, dia meneruskan di sekolah negeri di SMPN 02 Tulungagung. Kemudian ia meneruskan ke jenjang SMK, yakni di SMKN 01 Boyolangu mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual. Untuk saat ini ia menempuh studi pendidikan S1 Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Negeri Malang. Saat ini dia sibuk dalam salah satu organisasi di fakultasnya. Selain itu dia juga sibuk dalam organisasi di luar kampus yang bergerak di bidang kepemudaan, yakni Purna Prakarya Muda Indonesia di Kabupaten Tulungagung yang merupakan sebuah organisasi untuk duta pemuda.
Share:

No comments:

Postingan Populer

Labels

Blog Archive

Halaman Diunggulkan

LULUSAN PLS PENGANGGURAN? MITOS ATAU FAKTA

LULUSAN PLS PENGANGGURAN? MITOS ATAU FAKTA Tingginya tingkat pengangguran yang dialami oleh para lulusan perguruan tinggi me...