Fungsi Sosial, Fungsi Ekspresif, Fungsi Ritual, dan Fungsi Instrumental
Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
Wiiliam I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2007:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
1.Fungsi
Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang
bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi
kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar,
perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, negara secara keseluruhan) untuk mencapai
tujuan bersama.
Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan
akan “tersesat”, karena ia tidak sempat menata dirinya dalam suatu lingkungan
sosial. Komunikasilah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka
rujukan dan menggunakannya sebagai
panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi pula
yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk
mengatasi situasi-situasi problematik yang ia masuki. Tanpa melibatkan diri
dalam komunikasi, seseorang tidak akan tahu bagaimana makan, minum, berbicara
sebagai manusia dan memperlakukan manusia lain secara beradab, karena cara-cara
berperilaku tersebut harus dipelajari lewat pengasuhan keluarga dan pergaulan
dengan orang lain yang intinya adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma
budaya masyarakat baik secara horisontal, dari suatu masyarakat kapada
masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal, dari suau generasi kepada generasi
berikutnya. Pada sisi lain, budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang
dianggap sesuai untuk suatu kelompok, misalnya “ jangan makan dengan tangan
kiri “, “ bersikaplah ramah dengan tamu “, dan sebagainya.
Kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka “ pengikat
waktu”. Pengikat waktu merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke
generasi dan dari budaya ke budaya. Manusia tidak perlu memulai setiap generasi
sebagai generasi yang baru. Mereka mampu mengambil pengetahuan masa lalu,
mengujinya berdasarkan fakta-fakta mutakhir dan meramalkan masa depan. Dengan
kemampuan tersebut, manusia mampu mengendalikan dan mengubah lingkungan
mereka.
Sebagian kesulitan komunikasi berasal dari fakta bahwa
kelompok-kelompok budaya atau subkultur-subkultur dalam suatu budaya mempunyai
perangkat norma yang berlainan.Kelompok-kelompok yang berbeda kultur atau subkultur mungkin
mempersepsikan fakta atau rangsangan komunikasi yang sama dengan cara yang berbeda,
untuk itu kesalah pahaman hampir tidak
dapat dihindari. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa berbeda itu buruk. Kematangan
dalam budaya ditandai dengan toleransi atas perbe perasaan- perasaadaan.
a. Pembentukan konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya
bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
Manusia yag tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin
mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Kita sadar bahwa kita manusia
karena orang-orang disekitar kita menunjukkan kepada kita lewat perilaku verbal
dan nonverbal mereka.Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan
saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda
mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila
orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik
bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. Konsep diri kita yang
paling dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang-orang dekat lainnya di
sekitar kita.
Meskipun kita berupaya berperilaku sebagaimana yang diharapkan
orang lain, kita tidak pernah secara total memenuhi pengharapan, kesan, dan
citra mereka tentang kita sangat mempengaruhi konsep diri kita, perilaku kita,
dan apa yang kita inginkan. Proses pembentukan konsep diri itu dapat
digambarkan secara sederhana, sebagai berikut:
Gambar 2. Proses pembentukan diri
b. Pernyataan Eksistensi Diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang
disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri.
Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya
dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk
berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu
sering berbicara panjang lebar mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang
terkadang tidak relevan.
c.
Untuk Kelangsungan Hidup, Memupuk
Hubungan, dan Memperoleh Kebahagiaan
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan
hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi
kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memnuhi kebutuhan
psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat,
kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat
secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya
bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham
Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan
fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan
yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebutuhan fisiologis dan
keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya
meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki,
pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan
sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk
membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas
masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.
Melalui komunikasi kita dapat memenuhi kebutuhan komunikasi
emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna
cinta, kasih sayang, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati, dan
kebencian. Melalui komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan
itu dan membandingkannya antara perasaan yang satu dengan perasaan lainnya.
Karena itu tidak mungkin kita dapat mengenal cinta bila kitapun tidak mengenal
benci. Kita tidak ada mengenal makna pelecehan bila kita tidak mengenal makna
penghormatan.Lewat umpan balik orang lain kita memperoleh informasi bahwa
kita orang yang sehat secara jasmaniah
dan rohaniah, dan bahwa kita orang yang berharga. Penegasan orang lain atas
diri kita membuat kita merasa nyamandengan diri sendiri dan percaya diri.
Melalui komunikasi dengan orang lain, kita dapat memenuhi kebutuhan
emosional dan intelektual kita, dengan memupuk hubungan yang hangat dengan
orang-orang disekitar kita. Tanpa pengasuhan dan dan pendidkan yang wajar,
manusia akan mengalami kemerosotan emosional dan intelektual.
2.Fungsi
Ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi)
kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan
nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut,
prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa
disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu
menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat
menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan
matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus
dengan melakukan demontrasi.
Orang dapat menyalurkan kemarahan dengan mengumpat, berkecak
pinggang, mengepalkan tangan seraya memelototkan matanya. Perasaan bahkan juga
bisa diungkapkan dengan memberi bunga, misalnya sebagai tanda cinta atau kasih
sayang atau ketika kita ingin menyatakan selamat kepada orang yang berulang
tahun, lulus mejadi sarjana, menikah, atau juga menyatakan simpati dan duka cita
kepada orang yang salah satu anggota keluarganya meninggal dunia. Akan tetapi,
kita harus hati-hati dengan jenis bunga yang kita bawa.
Emosi kita juga dapat kita salurkan lewat bentuk-bentuk seni
separti puisi, novel, musik, tarian, atau lukisan. Harus diakui, musik juga
dapat mengekspresikan perasaan, kesadaran, dan bahkan pandangan hidup manusia.
Lukisan pun sering mengekspresikan perasaan pelukisnya. Begitu halnya
tari-tarian yang secara simbolik mengekspresikan kesadaran atau perasaan
penarinya.
3.Fungsi
Ritual
Komunikasi ritual, yang biasanya
dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut
para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran,
sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam
acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu
yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang,
misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan
lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal,
juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk
komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi
keluarga, suku, bangsa. negara, ideologi, atau agama mereka.
Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen
emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian
kepada kelompok. Ritual menciptakan perasaan tertib. Bukanlah substansi
kegiatan ritual itusendiri yang terpenting, melainkan perasaan senasib
sepenanggungan yang menyertainya, perasaan bahwa kita terikat oleh sesuatu yang
lebih besar daripada diri kita sendiri d an bahwa kita diakui dan diterima dalam
kelompok (agama, etnik, sosial) kita.
4.Fungsi
Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan,
dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut
membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau
menerangkan mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan
pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat
dan layak dketahui.Bahkan komunikasi yang menghiburpun secara tidak langsung
membujuk khalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk
menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan
tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang
dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang
lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun
tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian,
menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material,
ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression
management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara
sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada
dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita
inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karir, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karir, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan.
DaftarPustaka
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi:
Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hanafi, Abdillah. 1984. Memahami
Komunikasi Antar Manusia. Surabaya: Usaha Nasional
Sofyandi, Herman dan Iwa Garniwa. 2007. Perilaku
Organisasional. Yogyakarta: Graha Ilmu
Herlinda. 2015. Artikel
Komunikasi. http://blog.umy.ac.id/herlinda/artikel/artikel-komunikasi/. (diakses 28 Januari 2016)
No comments:
Post a Comment