PERENCANAAN PROGRAM HOMESCHOOLING SEBAGAI
SOLUSI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN ALTERNATIF YANG MENDIDIK DAN BERKUALITAS
Menarik untuk kita kaji dan bahas tentang judul yang penulis
angkat terkait dengan tugas matakuliah Identifikasi Kebutuhan Sumber Belajar
Manusia (IKSBM) dengan tema peran IKSBM dalam perencanaan program Pendidikan
Luar Sekolah (PLS). Bahwasanya kita ketahui setiap program yang dirancang dalam
PLS adalah tidak lepas dari sumber kebutuhan yang ada pada masyarakat. Dalam
teori pendidikan orang dewasa pun seseorang mau belajar karena adanya dorongan
kebutuhan yang ingin terpenuhi oleh setiap individu tersebut. Pengertian
tentang identifikasi kebutuhan belajar pun dapat kita kenali sebagaipengenalan kebutuhan belajar seseorang atau masyarakat atau kelompok orang
tertentu yang akan menjadi sasaran didik atau peserta didik.Sebagai pembawa
program atau pelaksana program PLS, dengan mengidentifikasi kebutuhan belajar
paling tidak kita dituntut menyadari dua hal, yaitu mengapa kebutuhan belajar
itu muncul dan untuk apa ia perlu dimunculkan?Pertanyaan mengapa dan untuk apa
dicari jawabannya melalui suatu proses yang panjang, baik proses pemikiran
dengan mendasarkan pada latar belakang konsepsional, maupun proses
penganalisaan situasi kongkret dari kondisi lingkungan masayarakat setempat.
Proses pemikiran dan analisa situasi ini berjalan bermacam-macam dengan
kegiatan identifikasi kebutuhan belajar itu sendiri. Sehingga pada waktu
seorang pembawa program PLS mengatakan bahwa dirinya telah mengidentifikasi
kebutuhan belajar, maka berarti bahwa proses pemikiran dan analisa itu pun
telah mencapai kesimpulan.Kebutuhan akan belajar yang bersumber dari adanya
kebutuhan secara bawahan (Inhaerent) dipunyai oleh semua individu semenjak ia
dilahirkan. Kebutuhan inilah yang mendorong setiap individu untuk hidup, untuk
mempertahankan diri dari ancaman bahaya, dan untuk terus berkembang.
Homeschool, atau dalam terjemahan bahasa
indonesianya sekolah rumah, adalah sebuah aktivitas untuk menyekolahkan anak di
rumah secara penuh. Paham ini mungkin terlihat sedikit nyeleneh karena
sementara semua orang menyekolahkan anaknya di sekolah umum, kok ada ya orang
yang menyekolahkan anaknya di rumah. Bukankah itu sama saja dengan tidak
sekolah. Pemikirin seperti ini terjadi karena ada sebuah proses ahistoris
(terpotong dari sejarah) yang melupakan bahwa dulu sekolah memang di mulai dari
rumah. Baru kemudian setelah guru menjadi sebuah profesi tertentu sekolah mulai
berpindah ke sebuah gedung yang dinamai sekolah. Sekarang, homeschooling mengalami
comeback terutama di Amerika Serikat. Perubahan ini terjadi karena dunia pendidikan juga mengalami
perubahan dalam beberapa abad terakhir ini, yaitu semakin sentralnya lembaga
pendidikan di tangan negara. Homeschool adalah sebuah reaksi atas perubahan
itu.
Sebagai orang dewasa, kita tidak mencari informasi dengan cara
bersekolah. Tetapi, kita mencari informasi dari sumber-sumber manapun yang
menurut kita dapat memberikan jawaban yang kita butuhkan. Kita bertanya kepada
teman, berkonsultasi dengan ahli, pergi ke toko buku, membaca literatur,
menonton VCD, datang ke perpustakaan, mencari di Internet, aktif terlibat di forum,
datang ke seminar, mengikuti kursus, dan sebagainya. Pokoknya, kita mencari
sumber ke manapun yang menurut kita dapat memberikan informasi/solusi atas
hal-hal yang ingin kita ketahui/selesaikan.
Nah,
sebenarnya homeschooling itu idenya kurang lebih sama seperti itu. Alih-alih
belajar di bangku sekolah (materi pendidikan yang belum tentu dibutuhkan oleh
anak), orang tua dan anak-anak terlibat aktif untuk menentukan apa-apa yang
ingin dipelajarinya. Anak-anak dan orang tualah yang memutuskan, bukan guru dan
sistem sekolah. Kalau tidak puas dengan satu metode atau sumber, anak-anak bisa
beralih ke metode atau sumber lain.
Karena
berangkat dari kebutuhan/minat anak, dalam homeschooling sejak kecil anak-anak
belajar mandiri; mulai mengenali apa yang berhubungan dengan dirinya sendiri
(minat, kekuatan, kelemahan, gaya belajar), hingga hal-hal lain yang ada di
sekitarnya. Mau tidak mau, anak akan terlatih mencari sendiri sesuatu yang
dibutuhkannya. Tentu saja akan ada jenjang-jenjang, mulai pendampingan ketat
hingga kemandirian anak-anak dalam mengenali kebutuhannya dan mencari sumber
pengetahuan/ketrampilan yang menjawab kebutuhannya.
Homeschooling
menjadikan
anak didik sebagai subjek belajar. Anak didik dapat memilih materi pelajaran
yang disukai dan yang ingin dipelajarinya.Tentu
saja proses untuk menjadi seorang pembelajar mandiri atau seorang otodidak
bukanlah sebuah hal yang instan dan mudah. Tapi justru di situlah tantangannya.
Sekali anak dapat mandiri dan terampil dalam proses belajarnya, anak akan
berkembang dan beradaptasi dengan segala masalah kehidupan yang dihadapinya.
No comments:
Post a Comment