Sahabat pena mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah

HAKIKAT, KONSEP, PENGERTIAN, MANFAAT, DAN RUANG LINGKUP KAJIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN



HAKIKAT, KONSEP, PENGERTIAN, MANFAAT, DAN RUANG LINGKUP KAJIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Abdul Wahid1, Reni Diah Safitri2, Ridwan Pratama Nur Hakiki3



1.      Pendahuluan
Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari sosiologi, sesungguhnya secara tidak sadar telah mengetahui sedikit tentang sosiologi. Selama hidupnya, dia telah menjadi masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Sejak lahir di dunia dia sudah berhubungan dengan orang tuanya misalnya, dan semakin meningkat usianya bertambah pulalah pergaulannya dengan manusia lain di dalam masyarakat. Dia juga menyadari bahwa kebudayaan dan peradaban dewasa ini merupakan hasil dari perkembangan masa-masa yang silam. Secara sepintas lalu dia pun mengetahui bahwa di dalam berbagai hal dia mempunyai persamaan-persamaan dengan orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia mempunyai sifat-sifat yang khas berlaku bagi dirinya sendiri sehingga berbeda dengan orang lain. Semuanya merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis karena ikut sertanya dia di dalam hubungan-hubungan sosial dalam membentuk kebudayaan masyarakat dan kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang-orang lain memberikan gambaran tentang objek yang dipelajarinya yaitu sosiologi. Akan tetapi, semuanya itu belum berarti bahwa dia merupakan seorang ahli sosiologi. Pasti dia belum mengetahui dengan sesungguhnya apakah ilmu itu. Oleh karena itu akan ditinjau terlebih dahulu apakah sosiologi tersebut.
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang masih muda walau telah mengalami perkembangan yang cukup lama. Sejak manusia mengenal manusia dan peradaban masyarakat sebagai proses pergaulan hidup telah menarik perhatian. Pada awalnya orang yang meninjau masyarakat hanya tertarik pada masalah-masalah yang umum. Kemudian orang meningkat pada filsafah kemasyarakatan dimana mereka menguraikan harapan tentang susunan serta kehidupan masyarakat yang mereka inginkan. Maka timbulah perumusan nilai-nilai dan kaidah yang seharusnya di taati oleh setiap manusia dengan hubungan manusia lain dengan masyarakat, maksudnya untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dan damai bagi semua manusia.
Kajian dalam bab ini akan membahas beberapa hal terkait dengan konsep sosiologi pendidikan: perkembangan sosiologi pendidikan, ruang lingkup, serta tujuan sosiologi pendidikan. Kajian konsep sosiologi pendidikan dimulai dari pengertian sosiologi berdasarkan fakta sosial dengan paradigma positivme dan definisi sosial dengan paradigma subjectivisme, sedangkan konsep pendidikan akan membahas beberapa definisi pendidikan berdasarkan undang-undang sistem pendidikan nasional (sisdiknas) dan menurut aliran berdasarkan pendekatan positivisme atau aliran subjectivisme.
Untuk pembahasan tentang perkembangan sosiologi pendidikan akan dikemukakan oleh beberapa konsep sosiologi pendidikan dalam perspektif kesejahterahan yang diawali dari konsep comunity and education, educational sociology, dan sociology of education. Kajian ruang lingkup dan tujuan sosiologi pendidikan akan membahas luas cakupan sosiologi, antara lain struktur sosial dan proses sosial, arah dan tujuan sosiologi pendidikan yang dikaitkan dengan perkembangan masyarakat.

1.      Pembahasan
Pembahasan dalam bab ini menguraikan tentang konsep sosiologi pendidikan, asal mula dan perkembamgam sosiologi pendidikan, dan ruang lingkup dan tujuan sosiologi pendidikan. Paparan lebih lanjut sebagai berikut.

1.1.  Konsep Sosiologi Pendidikan
Sebelum membahas sosiologi pendidikan, terlebih dahulu akan dijelaskan apa sebenarnya konsep-konsep sosiologi pendidikan  baik secara pengertian maupun definisi. Ditinjau dari epistemologinya, istilah sosiologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu sosiologi dan pendidikan.
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan baik ditinjau dari struktur maupun dinamikanya. Dilihat dari strukturnya sosiologi membahas struktur sosial yang ada di masyarakat, seperti kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, dan stratifikasi sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah sosial, lembaga sosial, kelompok sosial, serta lapisan sosial (stratifikasi sosial). Sedangkan proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh timbal balik antara segi ekonomi dengan politik, hukum dengan agama, antara segi kehidupan ekonomi dengan segi yang lain (Soekanto, 1990).
Secara definisi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat baik ditinjau dari aspek struktur maupun dinamikannya, dan berbagai hal yang terkait dengan kehidupan masyarakat dan perangkat sosial yang menyertainya. Sedangkan pengertian pendidikan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keahlian yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Berdasarkan kedua definisi sosiologi dan pendidikan diatas, dapat dikemukakan bahwa sosiologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang mengkaji proses pendidikan sebagai realitas sosial baik yang dipahami melalui paradigma definisi sosial maupun dengan fakta sosial sehingga dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang terjadi dalam masyarakat.

1.2.  Asal Mula dan Perkembangan Sosiologi Pendidikan
Selaku ahli pendidikan, John Dewey (1859-1952) termasuk tokoh pertama yang memandang begitu esensialnya hubungan antara lembaga pendidikan dan masyarakat. Menurut hasil pengamatan Dewey terlihat nyata adanya perubahan struktur masyarakat dari bentuk semulanya yang masih bersahaja. Dalam arus perubahan yang begitu rupa tersebut, John Dewey melihat betapa kecil dan bahkan tidak ada sama sekali “peranan penyiapan” anak didik yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pndidikan supaya mereka (anak didik) dapat menyadari “masyarakat baru” yang sedang bertumbuh disekitarnya.
Dalam hubungan ini, Dewey melukiskan kehidupan anak-anak yang tampak “acuh” dan “batu” terhadap produk-produk yang dimanfaatkannya sehari-hari, seperti pakaian, gas, dan sebagainya. Berbagai produk tersebut mereka tinggal memakainya, tanpa mengenal bahkan acuh terhadap bagaimana proses serta “cerita membuatnya” produk-produk tadi, dengan demikian mereka sesungguhnya tidak “akrab” dan menghayati konteks kehidupan sosialnya yang sudah semakin kompleks tersebut. Hal demikian tersebut menurut Dewey, seharusnya dijembatani oleh lembaga pendidikan.
Atas dasar itu, Dewey bermaksud untuk memperbaikinya, yaitu melalui sekolah percobaannya di Chicago. Melalui sekolah tersebut, Dewey berupaya mengembangkan pengalaman belajar di kelas dan di sekolah sebagai suatu bentuk kehidupan yang dapat menumbuhkan semangat sosial, ssemangat saling membantu dan bergotongroyong. Untuk itu beberapa upaya yang harus dilakukan supaya persekolahan menjadi lebih dekat hubungannya baik dengan lingkungan “rumah” anak-anak maupun dengan lingkungan masyarakat sekitar pada umumnya. Bagi John Dewey persekolahan sesungguhnya merupakan “rumah” kedua bagi anak-anak, dan secara esensial mustahil tercermin sebagai rumah yang baik dimana secara riil menampakkan semangat, minat, dan cita-cita masyarakat bersangkutan. Dalam hubungan ini Dewey melihat persekolahan sebagai miniatur masyarakat, suatu masyarakat mikro yang merupakan cerminan masyarakat sekitarnya, merupakan pengilhaman perbaikan bagi masyarakat sekitarnya. Sehubungan itu Dewey termasuk ahli pendidikan yang memandang penting adanya upaya menghadirkan rumah serta lingkungan sekitar di dalam proses pendidikan.
Pengembangan teori dan implementasi pendidikan yang dilakukan para ahli pendidikan pada umumnya di indonesia, sampai saat ini belum begitu jelas arahnya. Demikian pula dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan masalah-masalah pendidikan yang terjadi di masyarakat. Mungkin dengan falsafah pancasila yang cenderung menggunakan semua paham yang dapat menampung semua ideologi yang berakar dari budaya bangsa indonesia dapat mengambil setiap kebijakan, termasuk di dalamnya kebijakan dalam bidang pendidikan.



1.3.  Ruang Lingkup dan Tujuan Sosiologi Pendidikan
Tujuan sosiologi pendidikan dalam makalah ini akan memberikan arahan tentang ruang lingkup sosiologi pendidikan sesuai dengan undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003. Dalam kurun waktu puluhan tahun terakhir masyarakat indonesia sedang mencari bentuk suatu masyarakat yang memiliki karakteristik berdasarkan falsafah hidup dan budaya yang telah mengakar beberapa abad yang silam. Perubahan yang terjadi akibat reformasi mewarnai pola budaya dan perilaku sosial dalam masyarakat indonesia, baik dalam bidang pemerintahan, organisasi sosial, keluarga, maupun perindustrian. Permasalahan tersebut secara tidak langsung berdampak pada arah pendidikan yang diformulasikan dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (sisdiknas). Dalam sisdiknas telah dirumuskan bahwa pendidikan nasional berlangsung seumur hidup melalui jenjang formal, non formal, dan informal. Pendidikan formal sudah berjalan cukup mapan tetapi permasalahan kurikulum, kualitas pendidikan, relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat masih selalu menjadi pembicaraan pada level manapun. Pendidikan non formal yang diartikan sebagai pendidikan kemasyarakatan baik dalam bentuk kursus maupun pelatihan-pelatihan dan pendidikan anak usia dini (PAUD) belum dapat menjangkau masyarakat pedesaan dan masyarakat menengah kebawah baik dalam penyelenggaraan oleh pemerintah maupun dalam rangka pemelekhurufan (pemberantasan buta aksara) karena perhatian pemerintah masih rendah dibanding dengan perhatian pendidikan formal. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya angka buta huruf diberbagai daerah baik pulau jawa maupun luar jawa dan rendahnya pendidikan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat kalangan bawah. Misalnya TKI dan TKW yang mencari pekerjaan diluar negeri masih kalah bersaing dengan tenaga kerja dari negara tetangga seperti Philipina. Sedangkan pendidikan informal sangat ditentukan oleh lembaga yang bertanggungjawab melaksanakan pendidikan tersebut misalnya proses pendidikan dalam keluarga, proses pendidikan yang terjadi dalam masyarakat tidak terstruktur dan pendidikan dalam proses budaya.
            Berdasarkan permasalahan tersebut kajian sosiologi pendidikan menjadi sangat menarik dan sangat dibutuhkan untuk membenahi permasalahan yang terjadi dalam pendidikan dengan pendekatan dan analisis sosiologi. Sosiologi pendidikan sebagai ilmu terapan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan konsep-konsep pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya rumusan-rumusan tujuan untuk mengimplementasikan dalam dunia pendidikan sebagai berikut.
Tujuan sosiologi pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Berusaha memahami peranan sosiologi dalam konteks pendidikan formal, non formal, dan informal dan memberikan kontribusi sesuai dengan permasalahan yang ada berdasarkan situasi dan kondisi sosial masyarakat setempat.
b.      Berusaha memahami seberapa jauh pelaku pendidikan (pengelola, guru, fasilitator) dapat membina aktivitas sosial peserta didik untuk mengembangkan kepribadiannya berdasarkan konteks budaya setempat.
c.       Berusaha memahami falsafah hidup dan budaya masyarakat sehingga dapat memberikan pendidikan yang bermakna dalam kehidupan mereka.
d.      Berusaha memahami konsep pendidikan yang berlaku dalam masyarakat sehingga pengembangan kurikulum pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
e.       Berusaha memahami faktor-faktor yang memiliki kekuatan dan hambatan sehingga dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik atau beberapa faktor yang memperlemah kondisi semangat belajarnya.
f.       Melakukan kajian-kajian terhadap penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kajian sosiologi sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan pendidikan.
Berdasarkan uraian tersebut ruang lingkup kajian sosiologi pendidikan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat dikelompokkan kedalam berbagai kajian sesuai dengan bidang cakupan masing-masing. Bidang cakupan tersebut antara lain: teori sosiologi dan perkembangannya, pendidikan sebagai pranata sosial, pendidikan dan perubahan sosial, pendidikan dan keluarga, dan stratafikasi sosial dalam pendidikan.

2.      Penutup
Pembahasan dalam bab ini menguraikan tentang simpulan. Paparan lebih lanjut sebagai berikut.
2.1.     Simpulan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat baik ditinjau dari aspek struktur maupun dinamikannya, dan berbagai hal yang terkait dengan kehidupan masyarakat dan perangkat sosial yang menyertainya. Sedangkan pengertian pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan individu agar dapat menentukan kehidupan secara mandiri secara potensi yang dimiliki dan berkembang dalam lingkungan sosialnya. Berdasarkan kedua konsep sosiologi dan pendidikan tersebut dapat dikemukakan bahwa sosiologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang mengkaji proses pendidikan sebagai realitas sosial baik yang dipahami melalui paradigma definisi sosial maupun dengan fakta sosial sehingga dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang terjadi dalam masyarakat.

Daftar Rujukan:
Mundzir, S. 2004. Pengantar Sosiologi Pendidikan: Pendekatan Makro Mikro. Malang: UM Press
Saleh, Sanapiah F. & Mundzir, S. 2006. SosiologiPendidikan. Malang: UM Press
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf. Diakses pada tanggal 15 Desember 2015.
Share:

No comments:

Postingan Populer

Labels

Halaman Diunggulkan

LULUSAN PLS PENGANGGURAN? MITOS ATAU FAKTA

LULUSAN PLS PENGANGGURAN? MITOS ATAU FAKTA Tingginya tingkat pengangguran yang dialami oleh para lulusan perguruan tinggi me...