Sahabat pena mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah

ASAS PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT



 
BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang

Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu ide, gagasan pokok dalam konsep ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal, seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau setelah ia selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal.
 
Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Berdasarkan ide tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing learning). Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan ilmu pengetahuan sangat penting artinya bagi semua orang. Apalagi di zaman modern ini yang dimana ilmu teknologi semakin hari semakin berkembang jika terlambat kita sangat rugi karena tidak tahu.

Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbarui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut.  Belajar ini juga dapat meningkatkan jasmani maupun rohani seseorang. Dapat membantu mengontrol emotional seseorang. Dan seseorang itu mampu berfikir lebih panjang tentang suatu masalah yang ia hadapi, tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Disini dapat kita pahami bahwa belajar merupakan kebutuhan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan disepanjang hayatnya (sampai ia meninggalkan dunia).

2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
2.1  Apakah hakekat Pendidikan Sepanjang Hayat ?
2.2  Bagaimanakah program-progam Pendidikan Sepanjang Hayat ?
2.3  Seperti apa dimensi sikap dan perilaku mendewasa dalam Pendidikan Sepanjang Hayat ?

3.      Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan tujuan masalah sebagai berikut
3.1  Memaparkan hakekat Pendidikan Sepanjang Hayat
3.2  Menjelaskan program-program Pendidikan Sepanjang Hayat
3.3  Menjabarkan dimensi sikap dan perilaku mendewasa

BAB II
PEMBAHASAN


A.  HAKEKAT PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Education) di dalam kehidupan manusia memiliki arti penting dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kehadiran pendidikan sepanjang hayat disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang selama alur kehidupan manusia.
Pendidikan sepanjang hayat, sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO institute for education (1979) pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip di bawah ini :
Ø  Pendidikan hanya berakhir bila manusia telah meninggal dunia
Ø  Pendidikan Luar Sekolah merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik berperan dalam merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisir dan sistematis
Ø  Kegiatan belajar bertujuan untuk memperoleh, memperbarui, juga meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan aspirasi
Ø  Pendidikan memiliki tujuan berangkai dalam mengembangkan kepuasan diri
Ø  Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, untuk memotivasi diri untuk meningkatkan kemampuannya
Ø  Pendidikan luar sekolah mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan sekolah (formal) keduanya saling melengkapi dan saling mendukung
Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar untuk adanya perubahan melainkan pula untuk tercapainya kepuasan diri pihak yang melakukannya.
Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah sebagi kekuatan untuk memotivasi bagi peserta didik agar ia dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dan arahan dari dirinya sendiri (delf directing learning) dengan cara berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya. Dengan demikian dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang merupakan prasyarat untuk terjadinya pendidikan sepanjang hayat.
Delker (1974) mengemukakan bahwa belajar sepanjang hayat adalah perbuatan manusia secara wajar dan alamiah yang prosesnya tidak selalu memerlukan kehadiran guru, pamong belajar atau pendidik. Kegiatan belajar sepanjang hayat terwujud apabila terdapat dorongan pada diri seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kepuasan diri serta apabila ada kesadaran dan semangat untuk belajar selama hayat dikandung badan. Di pihak lain pendidikan sepanjang hayat menitikberatkan pada motivasi bagi seseorang atau kelompok untuk memperoleh pengalaman belajar secara berkelanjutan. Pengalaman belajar ini ditempuh secara sadar, terprogram, dan sistematis melalui proses kegiatan belajar membelajarkan dalam rangka mendapat tujuan belajar. Peranan pendidik dan peserta didik harus dapat saling belajar, mengelola kegiatan belajar, dan faktor-faktor lainnya yang mendukung terjadinya proses belajar.

B.   PROGRAM-PROGRAM PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Pendidikan sepanjang hayat dapat dijabarkan dalam program-program pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah. Dalam prakteknya, program-program dalam jalur pendidikan luar sekolah dipandang oleh sebagian pakar pendidikan lebih mampu mengembangkan kehadirannya untuk mengkondisikan tumbuhnya kesadaran, minat dan semangat masyarakt untuk melaksanakan kegiatan belajar yang berkesinambungan, misalnya :
a.       Kursus menjahit/kursus memasak
b.      Penyuluhan KB 2 anak cukup
c.       Lembaga Bimbingan Belajar (LBB)
d.      LSM, dll
Dengan berbagai pilihan kegiatan belajar tersebut masyarakat diharapkan dapet terlibat secara langsung dalam proses pendidikan sepanjang hayat yang berfungsi untuk :
a.     Upaya peningkatan taraf hidup keluarga
b.    Memperluas lapangan pekerjaan untuk mengurangi angka pengangguran
c.     Mengurangi angka buta huruf dalam negara berkembang
d.    Mengikutsertakan masyarakat untuk hidup bersosialisasi
Proses-proses belajar tersebut menurut Pucheu (1974), tidak dapat digolongkan kedalam pendidikan arti sempit seperti hanya untuk menerima informasi sebagaimana umumnya terjadi dalam pendidikan sekolah. Dalam makna luas, proses belajar itu adalah upaya seseorang atau kelompok untuk mencari, memperoleh dan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan aspirasi yang dilakukan secara berkelanjutan di dalam dunia kehidupan nyata dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kepuasan diri sesuai dengan laju perubahan kehidupan yang makin cepat.
Proses belajar dalam pendidikan sepanjang hayat melalui program-program pendidikan luar sekolah dapat ditempuh dengan berbagai cara. Misalnya, seseorang yang ingin mempelajari teknik-teknik membuat barang kerajinan tangan, memasarkan hasil produksi dan mengelola unit usaha. Melalui salah satu langkah-langkah tersebut tahap demi tahap ia dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan aspirasinya untuk mencapai kepuasan dalam peningkatan diri.
Lebih jauh dari itu kegiatan belajar mencakup segi-segi kehidupan yang lebih luas seperti nilai-nilai keagamaan, hubungan sosial, adat istiadat dan norma-norma yang berkembang di masyarakat. Kegiatan belajar diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan positif yang terus berkembang dalam kehidupan. Kegiatan belajar sepanjang hayat adalah untuk menyiapkan diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Penerapan asas pendidikan sepanjang hayat dalam pendidikan luar sekolah menyebabkan adanya tiga ciri umum pada subsistem pendidikan ini :
1.      Pendidikan luar sekolah memberikan kesempatan pendidikan kepada setiap orang sesuai dengan minat, usia dan kebutuhan belajar masing-masing. Kesempatan ini dapat diperoleh melalui program-program kegiatan belajar kelompok (group study), kegiatan belajar perorangan (individual study) dan kegiatan belajar melalui media massa.
2.      Pendidikan luar sekolah diselenggarakan dengan melibatkan peserta didik (warga belajar) dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses, hasil dan pengasuh kegiatan belajar. Peserta didik berpartisipasi dalam mengembangkan atau melaksanakan tindak lanjut kegiatan belajar. Pengembangan ini mengandung dua tujuan, yaitu :
Ø  Untuk memanfaatkan hasil kegiatan belajar bagi peningkatan taraf hidup peserta didik seperti peningkatan pendapatan, kesehatan, pekerjaan, pembelajaran orang lain, dan keikutsertaan dalam pembangunan masyarakat.
Ø  Untuk meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki sesuai dengan tuntutan perubahan yang makin maju dalam kehidupan
Program kegiatan belajar disusun, diselenggarakan, dan dinilai dengan melibatkan peserta didik. Program kegiatan dirancang sedemikian rupa sehingga program itu bersifat luwes, berorientasi pada pencapaian tujuan belajar, berpusat pada pengalaman dan kebutuhan belajar peserta didik, menggunakan sumber dan bahan belajar yang tersedia atau dapat disediakan.
3.      Pendidikan luar sekolah memiliki tujuan-tujuan ideal yang terkandung dalam proses pendidikannya. Tujuan itu dijabarkan dalam proses kegiatan belajar yang mengarah pada upaya untuk menumbuhkan suasana kehidupan yang demokratis, peningkatan taraf hidup dan kehidupan peserta didik serta masyarakat dan mengembangkan perilaku peserta didik ke arah mendewasa. Dalam pembelajaran, pendidikan luar sekolah mengembangkan sikap demokratis.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan landasan yang kuat bagi program-program pendidikan luar sekolah yang mengarah pada upaya untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society). Cara menumbuhkan masyarakat gemar belajar setiap warga masyarakat harus selalu mencari dan menemukan sesuatu yang baru dan bermakna, meningkatkan kemampuan dan mengembangkan diri melalui kegiatan belajar.
Masyarakat gemar belajar akan sekaligus menjadi ciri tumbuhnya masyarakat terdidik (educated society). Dalam makna yang wajar dan luas, pendidikan diartikan sebagai komunikasi yang terorganisasi dan berkelanjutan serta sengaja disusun dengan maksud menumbuhkan kegiatan belajar.
Claslee (1931), mengemukakan bahwa apabila semua kegiatan kehidupan di masyarakat menjadi wahana pendidikan bagi setiap warganya maka akan dapat terwujud dengan segera suatu perubahan kehidupan yang cepat ke arah yang lebih baik di dalam masyarakat tersebut.
Pendidikan luar sekolah yang berasaskan pendidikan sepanjang hayat berorientasi pada terjadinya proses perubahan sikap dan perilaku peserta didik ke arah mendewasa, orang mendewasa (maturing person) berbeda dengan orang dewasa (a mature person).
v  Orang dewasa, ditandai dengan pertumbuhan biologis (perubahan bentuk badan) dan perkembangan psikologis (perubahan disetiap jenjang-jenjang pendidikan).
v  Orang mendewasa ialah orang yang senantiasa mengembangkan potensi diri dan berupaya mencapai kepuasan diri dalam kehidupan yang baik dan bermakna bagi dirinya dan lingkungannya. Berupaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru /memecahkan masalah dengan kedewasaan.
Orang mendewasa mampu mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki dan selalu merelevansikan kemampuan dengan kepentingan kehidupannya. Memiliki kesungguhan dan semangat tinggi untuk hidup bersama dan memanfaatkan IPTEK dalam meningkatkan taraf hidup dan kehidupannya di masa yang akan datang.

C.   DIMENSI SIKAP DAN PERILAKU MENDEWASA

Dimensi sikap dan perilaku mendewasa dalam asas pendidikan sepanjang hayat dibagi menjadi 15 :
1.      Perubahan dari sikap dan perilaku menggantungkan diri terhadap orang lain ke arah hidup mandiri, setiap manusia didunia ini mulai hidup dalam keadaan serba ketergantungan kepada orang lain. Umumnya, makin bertambah usianya makin berkurang sikap dan perilaku ketergantungannya kepada orang lain. Tingkah lakunya mengarah kepada saling membutuhkan dan saling ketergantungan antara seseorang dengan yang lainnya. Paulo freire, mengemukakan bahwa munculnya orang-orang yang termasuk golongan belum/tidak terdidik sering disebabkan oleh proses pendidikan di sekolah-sekolah yang didominasi guru dan oleh kondisi lingkungan sosial budaya di masyarakat. Di dalam mengembangkan sikap dan perilaku mandiri, pendidikan luar sekolah dapat berperan untuk membantu peserta didik sehingga ia dapat menyadari dan mengakui potensi dirinya.
2.      Perubahan dari sikap dan perilaku pasif ke arah sikap dan perilaku aktif, orang yang bersikap pasif sering menyerah kepada nasib. Sedangkan orang yang bersikap aktif senantiasa memperluas dan meningkatkan wawasan dari berorientasi kuantitas ke arah pandangan yang berorientasi kualitas.
3.      Perubahan dari sikap subyektif ke arah sikap obyektif, orang yang bersikap subyektif sering memandang dan mengharapkan orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya selalu memperhatikan kepentingan dirinya sedangkan orang bersikap obyektif mampu melihat kenyataan dirinya dan memandang bahwa dirinya merupakan bagian dari lingkungan yang lebih luas.
4.      Perubahan dari sikap dan perilaku menerima informasi ke arah memberi informasi, orang yang hanya menerima informasi cenderung memiliki kemampuan terbatas. Ia hanya mampu menyerap informasi, tanpa memberikan kritik terlebih dahulu. Sedangkan orang yang mampu memberikan informasi cenderung untuk terampil dalam memperluas informasi yang telah diterima dan mampu mengolah informasi lain yang berkaitan.
5.      Perubahan dari pemilikan kecakapan yang terbatas ke arah pemilikan kecakapan yang lebih tinggi, apabila seseorang telah mempelajari suatu pengetahuan atau keterampilan dan telah merasa berhasil maka ia akan merasa puas  dengan kemampuan yang dimilikinya dan menghentikan upayanya untuk menghentikan kemampuannya. Sedangkan seseorang yang memiliki kecakapan tinggi ia akan terus meningkatkan kemampuan yang ia miliki tanpa ada rasa puas karena ia selalu merasa di yang terbaik masih ada yang lebih baik lagi.
6.      Perubahan dari tanggung jawab yang terbatas ke arah tanggung jawab yang lebih luas, dalam kehidupan modern terdapat kecenderungan bahwa seseorang yang mempunyai tanggung jawab terbatas tidak akan mampuuntuk memecahkan persoalan secara tuntas.
7.      Perubahan dari pemilikan minat terbatas ke arah pemilikan minat beragam, minat yang berkembang pada masa remaja dan masa dewasa pada dasarnya merupakan perluasan minat yang telah dimiliki pada masa anak-anak. Bagi orang mendewasa kegiatan bersama orang lain itu dapat memperluas minat.
8.      Perubahan dari sikap mementingkan diri sendiri ke arah memperhatikan orang lain, sejalan dengan perkembangan ke arah kedewasaan anak mulai memperhatikan orang lain, ia tidak hanya memperhatikan dirinya sendiri, melainkan mengarahkan sikap dan perilakunya ke dunia sekitarnya. Hubungan saling kerjasama dengan orang lain mulai dianggap penting. Kegiatan membantu dan menolong teman dan orang lain dijadikan indikator atau acuan keberhasilan proses belajar membelajarkan.
9.      Perubahan dari sikap menolak kenyataan diri ke arah menerima keadaan diri, keadaan ini dapat merubah sikap seseorang yang awalnya ia kagum yang berlebihan terhadap dirinya sendiri menjadi penolakan terhadap sikap dan tindakan yang tidak memperoleh respon positif dari orang lain. Sikap untuk menerima kenyataan diri sendiri mengakibatkan seseorang dapat menerima, mengakui dan menghargai orang lain.
10.  Perubahan dari identitas diri yang beragam ke arah integritas diri, dikemukakan oleh Erickson (1950), melalui delapan tahapan perkembangan sebagai berikut :
·         Pertumbuhan fisik disertai dengan perkembangan sikap percaya dan tidak percaya
·         Pertumbuhan sendi-sendi yang bersamaan dengan berkembangnya keinginan dan rasa malu
·         Pertumbuhan alat vital yang disertai dengan perkembangan inisiatif untuk melakukan kegiatan dan timbulnya rasa bersalah jika melakukan kesalahan
·         Pertumbuhan potensi disertai dorongan untuk beraktivitas untuk menghindari rasa rendah diri
·         Pertumbuhan usia muda bersamaan dengan perkembangan hasrat dan upaya menjalin keakraban
·         Peningkatan upaya untuk menghindari peranan dan penampilan diri yang tidak dikehendaki oleh orang lain/masyarakat.
·         Perluasan orientasi ke dunia luar juga dorongan untuk menjadi lebih maju
·         Meningkatkan upaya untuk menghindarkan diri dari kepribadian yang terpecah
11.  Perubahan dari berpikir teknis ke arah berpikir prinsip, pada diri seseorang yang berpikir prinsip akan lahir proses penalaran dalam dirinya, yang pada gilirannya ia akan mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Ia akan mengenalinya dengan ilmu pengetahuan, pengalaman dan keyakinan.
12.  Perubahan dari pandangan mendatar ke arah wawasan mendalam, di dalam proses mendewasa sejalan dengan pertumbuhan fisik, akan terjadi perubahan pandangan terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi. Proses perubahan pandangan tersebut timbul apabila lingkungan member dukungan.
13.  Perubahan dari sikap dan perilaku meniru ke arah inovatif, menjelang usia dewasa peniruan ini sering dijadikan cara untuk mempelajari sesuatu yang dianggap baru. Adapun orang yang mendewasa, ia memiliki motivasi yang tinggi dan merasa bangga untuk menemukan sesuatu yang baru. Ia merasa bangga dengan kemampuan diri sendiri dan menganggap bahwa dirinya dapat menemukan sesuatu yang baru atau berinovasi untuk memenuhi kebutuhannya untuk memecahkan masalah yang ia hadapi.
14.  Perubahan dari sikap terikat oleh keseragaman ke arah tenggang rasa terhadap perbedaan, sikap tenggang rasa menjadi prasyarat untuk membina keselarasan dan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
15.  Perubahan dari keterikatan kepada emosi ke arah tindakan rasional, pada zaman dahulu hukuman sering dijadikan alat pengontrol tingkah laku seseorang. Sebaliknya orang zaman sekarang/modern atau disebut juga dengan orang mendewasa akan mampu berpikir rasional. Ia mampu memahami keadaan dan mengandalikan dirinya sendiri dalam berpikir tanpa dikuasai perasaan.

Berdasarkan dimensi-dimensi diatas dapat disimpulkan bahwa,
1.      Jumlah dan jenis-jenis dimensi yang telah dibahas itu masih mungkin untuk ditambah, diperluas atau dikurangi.
2.      Dimensi-dimensi mendewasa dapat dijadikan masukan-masukan dipertimbangkan dalam merencanakan program-program pendidikan luar sekolah yang bertujuan untuk membantu peserta didik/masyarakat mengembangkan dirinya.
3.      Penerapan dimensi-dimensi mendewasa dalam pendidikan luar sekolah dapat dilakukan melalui prinsip belajar membelajarkan dan pengembangan diri.
penerapan asas pendidikan sepanjang hayat dalam program-program pendidikan luar sekolah dilakukan secara pragmatis. Konsekuensi logis dari penerapan asas pendidikan sepanjang hayat ialah bahwa pendidikan luar sekolah menempatkan peserta didik sebagai titik sentral setiap program pendidikan.



BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Education) di dalam kehidupan manusia memiliki arti penting dalam upaya memenuhi kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa kehadiran pendidikan sepanjang hayat disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang selama alur kehidupan manusia.
Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar untuk adanya perubahan melainkan pula untuk tercapainya kepuasan diri pihak yang melakukannya.
Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah sebagi kekuatan untuk memotivasi bagi peserta didik agar ia dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan dan arahan dari dirinya sendiri (delf directing learning) dengan cara berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.
Pendidikan sepanjang hayat dapat dijabarkan dalam program-program pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah.
Dimensi sikap dan perilaku mendewasa dalam asas pendidikan sepanjang hayat dibagi menjadi 15 :
1.      Perubahan dari sikap dan perilaku menggantungkan diri terhadap orang lain ke arah hidup mandiri
2.      Perubahan dari sikap dan perilaku pasif ke arah sikap dan perilaku aktif
3.      Perubahan dari sikap subyektif ke arah sikap obyektif
4.      Perubahan dari sikap dan perilaku menerima informasi ke arah memberi informasi
5.      Perubahan dari pemilikan kecakapan yang terbatas ke arah pemilikan kecakapan yang lebih tinggi
6.      Perubahan dari tanggung jawab yang terbatas ke arah tanggung jawab yang lebih luas
7.      Perubahan dari pemilikan minat terbatas ke arah pemilikan minat beragam
8.      Perubahan dari sikap mementingkan diri sendiri ke arah memperhatikan orang lain
9.      Perubahan dari sikap menolak kenyataan diri ke arah menerima keadaan diri
10.  Perubahan dari identitas diri yang beragam ke arah integritas diri
11.  Perubahan dari berpikir teknis ke arah berpikir prinsip, pada diri seseorang yang berpikir prinsip akan lahir proses penalaran dalam dirinya
12.  Perubahan dari pandangan mendatar ke arah wawasan mendalam, di dalam proses mendewasa sejalan dengan pertumbuhan fisik
13.  Perubahan dari sikap dan perilaku meniru ke arah inovatif
14.  Perubahan dari sikap terikat oleh keseragaman ke arah tenggang rasa terhadap perbedaan
15.  Perubahan dari keterikatan kepada emosi ke arah tindakan rasional

 DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, H. Djuju; SP., M.Ed., Ph.D. Pendidikan Luar Sekolah; Konsep, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Faktor Pendukung, Asas.1991.Nusantara Press-Yayasan Islam Nusantara


 
Di tulis oleh Evi Karina Mahasiswa PLS UM 2015
Dalam tugas matakuliah Filsafat Pendidikan Luar Sekolah
Share:

No comments:

Postingan Populer

Labels

Halaman Diunggulkan

LULUSAN PLS PENGANGGURAN? MITOS ATAU FAKTA

LULUSAN PLS PENGANGGURAN? MITOS ATAU FAKTA Tingginya tingkat pengangguran yang dialami oleh para lulusan perguruan tinggi me...