PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan mempunyai tugas
menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan
selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Mengenai masalah pedidikan,
perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin
dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih
rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan
UU pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita
kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya
rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi,
maupun kota dan kabupaten.
Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud problematika pendidikan?
- Apa saja masalah pokok pendidikan di Indonesia?
- Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasinya?
- Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan?
Tujuan Masalah
- Untuk mengetahui arti problematika pendidikan.
- Untuk mengetahui macam-macam masalah pokok pendidikan di Indonesia.
- Untuk mengetahui solusi dari masalah-masalah pendidikan di Indonesia.
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Problematika Pendidikan
Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa
Inggris “problem” artinya, soal, masalah atau teka-teki. Juga berarti problematik,
yaitu ketidak tentuan.
Tentang pendidikan banyak definisi yang berbagai
macam, namun secara umum ada yang mendefinisikan bahwa, pendidikan adalah suatu
hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan atas dasar suatu pandangan
hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu pengalaman yang memberikan pengertian,
pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan mereka berkembang.
Definisi pendidikan secara lebih khusus ialah suatu proses pertumbuhan di dalam
mana seorang individu di bantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya,
kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat di simpulkan disini bahwa pendidikan
adalah, suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya kemampuan, baik
yang berhubungan dengan pengalaman kognitif (daya pengetahuan), afektif (aspek
sikap) maupun psikomotorik (aspek ketrampilan) yang dimiliki oleh seorang
individu.
Adapun yang dimaksud dengan problematika pendidikan
adalah, persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh
dunia pendidikan, khususnya Negara Indonesia.
Masalah-Masalah Pokok Pendidikan di Indonesia
Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan
sejak Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga
secara umum kualitas sumberdaya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun
dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kita masih ketinggallan jauh, oleh
karena itu, upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan agar bangsa kita tidak
menjadi tamu terasing di Negri sendiri terutama karena terjajah oleh
budaya asing dan terpaksa menari diatas irama gendang irang lain. Upaya untuk
membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek,
serta bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal
ini di sebabkan dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah
internal yang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Kita masih menghadapi
sejumlah masalah yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan dasar
sampai pendidikan tinggi. Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar sangat
penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap pendidikan
selanjutnya, ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara
lain sebagai berikut.
- Rendahnya pemerataan kesempatan belajar (equity) disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah, serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan.
- Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika, serta bahasa terutama bahasa inggris padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek.
- Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standart yang sudah ditentukan.
- Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relevansi pendidikan, yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat. Secara empiris kecenderungan meningkatnya pengangguran tenaga terdidik disebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih di dominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan efisiensi (padat modal dan padat teknologi). Dengan demikian pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebuh kecil dibandingkan pertambahan jumlah lulusan lembaga pendidikan.
- Terjadi kecenderungan menurunnya akhlak dan moral yang menyebabkan lunturnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial, seperti terjadinya tawuran pelajar dan kenakalan remaja. Dalam hal ini pendidikan agama menjadi sangat penting menjadi landasan akhlak dan moral serta budi pekerti yang luhur perlu diberikan kepada peserta didik sejak dini. Dengan demikian, hal itu akan menjadi landasan yang kuat bagi kekokohan moral dan etika setelah terjun ke masyarakat. Masalah-masalah diatas erat kaitanya dengan kendala seperti keadaan geografis, demografis, serta sosio-ekonomi besarnya jumlah penduduk yang tersebar diseluruh wilayah geografis Indinesia cukup luas. Kemiskinan juga merupakan salah satu kendala yang memiliki hubungan erat dengan masalah pendidikan. Rendahnya mutu kinerja sistem pendidikan tidak hanya disebabkan oleh adanya kelemahan menejemen pendidikan tingkat mikro lembaga pendidikan, tetapi karena juga menejemen pendidikan pada tingkat makro seperti rendahnya efisiensi dan efektivitas pengolahan sistem pendidikan. Sistem dan dan tata kehidupan masyarakat tidak kondusif yang turut menentukan rendahnya mutu sistem pendidikan disekolah yang ada gilirannya menyebabkan rendahnya mutu peserta didik dan lulusannya. Kebijaksanaan dan progran yang ditujukan untuk mengatasi berbagai permasalahan di atas, harus di rumuskan secara spesifik karena fenomena dan penyebab timbulnya masalah juga berbeda-beda di seluruh wilayah Indonesia.
Sistem pendidikan menjadi bagian
tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai supra
sistem. Pembanguana sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa-apa jika tidak
singkron dengan pembanguanan nasional. Kaitan yang erat antara bidang
pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial budaya sebagai supra sistem
tersebut, dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi
sedemikian rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi
sangat kompleks. Artinya suatu permasalahan intern dalam sistem pendidikan selalu
ada kaitan dengan masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri.
Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari
kondisi sosial budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya, dari mana
murid-murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor
lainnya diluar sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar
tersebut.
Berdasarkan kenyataan tersebut
maka penanggulangan masalah pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak
komponen dan melibatkan banyak pihak. Pada
dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di tanah air
kita dewasa ini, yaitu:
- Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
- Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Yang pertama mengenai masalah
pemerataan, dan yang kedua adalah masalah mutu, relevansi, dan juga efisiensi
pendidikan. Seperti telah dikemukakan diatas, pada bagian ini akan dibahas
empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesempatan nasional yang
perlu diprioritaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud adalah:
Masalah
Pemerataan Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk
memanjakan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia
untuk memperoleh pendidikan.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan
bagaiman sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan
itu menjadi wahana bagi pembanguana sumber daya manusia untuk menunjang
pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih
banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung
dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilita pendidikan yang
tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita Undang-Undang No 4 tahun 1950
sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada bab XI pasal 17
berbunyi:
Tiap-tiap warga Negara republik Indonesia mempunyai
hak yang sama diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarat-syarat yang
ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaarn pada sekolah itu dipenuhi.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib belajar
Bab VI pasal 10 ayat 1 menyatakan: ”semua anak yang berumur 6 tahun berhak dan
yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun “
ayat 2 menyatakan: “belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari
menteri agama yang dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.
Landasan yuridis pemerataan pendidika tersebut
penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan
pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang
penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada
SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan
berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajauan melalui
berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya
berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak
terbelakang dan menjadi penghambat pembangunan.
Oleh karena itu, dengan melihat tujuan yang
terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan
masyarakat untuk dapat berpatisipasi dalam pembangunan, maka setelah upaya
pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu
pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada butir tentang masalah mutu
pendidikan.
Khusus pendidikan formal atau pendidikan
persekolahan yang berjenjang dan tiap-tiap jenjang memiliki fungsinya
masing-masing maupun kebijaksanaan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap
jenjang itu diatur dengan memperhitungkan faktor-faktor kuantitatif dan
kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus
menerus dengan saksama.
Pada jenjang pendidikan dasar, kebijaksanaan
penyediaan memperoleh kesempatan pendidikan didasarkan atas pertimbangan faktor
kuantitatif, karena kepada seluruh warga Negara perlu di berikan bekal dasar
yang sama. Pada jenjang pendidikan menengah dan terutama pada jenjang
pendidikan yang tinggi, kebijakan pemertaan didasarkan atas pertimbangan
kualitatif dan relevansi, yaitu minat dan kemampuan anak, keperluan, tenaga
kerja, dan keperluan pengembangan masyarakat, kebudayaan, ilmu, dan tekonologi.
Agar tercapai keseimbangan antara faktor minat dengan kesempatan
memperoleh pendidikan, perlu diadakan penerangan yang seluas-luasnya mengenai
bidang-bidang pekerjaan dan keahlian dan persyaratannya yang dibutuhkan dalam
pembangunan utamanya bagi bidang-bidang yang baru dan langka.
Perkembangan upaya pemerataan pendidikan
berlangsung terus menerus dari pelita ke pelita. Didalam Undang-Undang
No.2 tahun 1989 tengtang sistem pendidikan nasional III tentang hak warga
Negara untuk memperoleh pendidikan, pasal 5 menyatakan: ”setiap warga Negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”. Bahkan dalam pasal 7
mengenai hak telah di tegaskan sebagai berikut: “penerimaan seorang peserta
didik dalam suatu satuan pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan
jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan
ekonomi, dan dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
Perkembangan iptek menawarkan beraneka ragam
alternatif model pendidikan yang dapat memperluas pelayanan kesempatan belajar.
Dilihat dari segi waktu belajarnya bervariasi dari beberapa jam, hari, minggu,
bulan, sampai tahunan, melalui proses tatap muka sampai pada lingkungan alam
yang dapat mendung.
Masalah
Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil
pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil
pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenagan
terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran
tesebut terjun kelapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai
sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja. Lazimnya masih dilakukan
pelatihan dan pemagangan bagi calon untuk penyesuaian dengan tuntutan
persyaratan kerja dilapangan, dan berkarya.
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada
kualitas keluaranya. Jika tujuan pendidikan nasioanl dijadikan kriteria, maka
pertanyaanya adalah: apakah keluaran dari sistem pendidikan menjadikan pribadi
yang bertakwa, mandiri, anggota masyarakat yang sosial yang bertanggung jawab.
Dengan kata lain keluaran ini mewujudkan diri sebagai manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya dan membangun lingkungannya. Kualitas
luaran seperti tersebut adalah nurturant effect. Meskipun disadari bahwa
hakikatnya produk dengan ciri-ciri seperti itu tidak semata-mata hasil dari
sistem pendidikan itu sendiri. Yang menjadi persoalan ialah bahwa cara
pengukuran mutu produk tersebut tidak mudah. Dan pada umumnya hanya dengan
mengasosiasikan dengan hasil belajar yang sering dikenal dengan EBTA atau hasil
sipenmaru.
Padahal hasil belajar yang bermutu hanya mungkin
dicapai melalui proses belajar yang bermutu. Jika proses belajar tidak optimal
sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika tidak
terjadi belajar secara optimal akan menghasilkan skor hasil ujian yang baik
maka hampir dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu. Berarti
pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletah pada masalah pemprosesan
pendidikan. Selanjutnya kelancara pemprosesan pendidikan ditunjang oleh
komponen pendidikan yang terdiri dari peserta didik, tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana pembelajaran, dan juga masyarakat sekitar.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah
pemerataan mutu, didalam Tap MPR RI tentang GBHN dinyatakan bahwa titik berat
pembanguan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis
pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu
untuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan
ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. Umumnya
pendidikan di seluruh tanah air pada umumnya menunjukkan daerah pedesaan lebih
rendah dari daerah perkotaan.
Masalah
Efisiensi Pendidikan
Pada hakikatnya masalah efisiensi adalah masalah
pengelolaan pendidikan, terutama dalam pemanfaatan dana dan sumber daya
manusia.
Efesiensi artinya dengan menggunakan tenaga dan
biaya sekecil-kecilnya dapat diperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Jadi,
sistem pendidikan yang efesien ialah dengan tenaga dan dana yang terbatas dapat
di hasilkan sejumlah besar lulusan yang berkualitas tinggi. Oleh sebab itu,
keterpaduan pengelolaan pendidikan harus tampak diantara semua unsur dan unit,
baik antar sekolah negeri maupun swasta, pendidikan sekolah maupun luar
sekolah, antara lembaga dan unit jajaran depertemen pendidikan dan kebudayaan.
Para ahli banyak mengatakan bahwa sistem pendidiakn
sekarang ini masih kurang efisien. Hal ini tampak dari banyaknya anak yang drop-out,
banyak anak yang belum dapat pelayanan pendidikan, banyak anak yang tinggal
kelas, dan kurang dapat pelayanan yang semestinya bagi anak-anak yang lemah
maupun yang luar biasa cerdas dan genius.
Oleh karena itu, harus berusaha untuk menemukan
cara agar pelaksanaan pendidikan menjadi efisien.
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan
bagaimana suatu sistem pendidikn mendayagunakan sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran
dikatakan efisiensinya tinggi.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah:
a) Bagaimana tenaga kependidikan
difungsikan
b) Bagaimana prasarana dan sarana
pendidikan digunakan
c) Bagaimana pendidikan diselenggarakan
d) Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan
pengembanagan tenaga kependidikan. Masalah pengangkatan terletak pada
kesenjanagn antara stok tenaga yang tesedia dengan jatah pengangkatan yang
sangat terbatas. Pada masa 5 tahun terakgir ini jatah pengangkatan setiap
tahunnya hanya sekitar 20 % dari kebutuhan tenaga lapangan. Sedangkan
persediaan tenaga siap di angkat lebih bear daripada kbutuhan di lapangan.
Dengan demikian berarti lebih dari 80% tenaga yang tersedia tidak segera
difungsikan. Ini terjadi kemubadziran yang terselubung, karena biaya investasi
pengadaan tenaga tidak segera terbayar kembali melalui pengabdian. Dan tenaga
kependidikan khususnya guru tidak disiapkan untk berwirausaha.
Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang
penempatan studi, sering mengalami kepincanagn, tidak disesuaikan dengan
kebutuhan di lapangan. Suatu sekolah menerima guru baru dalam bidang studi yang
sudah cukup atau bahkan sudah kelebihan, sedang guru bidang studi yang
dibutuhkan tidak diberikan karena terbatasnya jatah pengangkatan sehingga di
tempatkan didaerah sekolah-sekolah tertentu seorang guru bidang studi harus
merangkap mengajarkan bidang studi diluar kewenangannya, meskipun persediaan
tenaga yang direncanakan secara makro telah mencukupi kebutuhan, namun
mengalami masalah penempatan karena terbatasnya jumlah yang dapat diangkat dan
sulitnya menjaring tenaga kerja yang tesedia didaerah terpencil.
Masalah pengembanagan tenaga kependidikan di
lapangan biasanya terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum
baru. Setiap pembaruan kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para
pelaksana lapangan. Dapat dikatakan umumnya penanganan pengembanagn tenaga
pelaksana di lapangan sangat lambat. Padahal proses pembekalan untuk dapat siap
melaksanakan kurikulum baru sangat memakan waktu. Akibatnya terjadi kesenjangan
antara saat di rencanakan berlakunya kurikulum dengan saat mulai
dilaksanakan.dan pendidikan berlangsung kurang efisien dan efektif.
Masalah
Relevansi Pendidikan
Maslah relevensi adalah masalah yang timbul karena
tidak sesuainya sistem pendidikan dengan pembangunan nasional setara kebutuhan
perorangan, keluarga, dan masyarakat, baik dalam jangka pendek, maupun dalam
jangka panjang.
Pendidikan merupakan faktor penunjang bagi
pembangunan ketahanan nasional. Oleh sebab itu, perlu keterpaduan di dalam
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dengan pembangunan nasional tersebut.
Sebagai contoh pendidikan di sekolah harus di rencanakan berdasarkan kebutuhan
nyata dalam gerak pembangunan nasional, serta memperhatikan ciri-ciri
ketenagaan yang di perlukan sesuai dengan keadaan lingkungan di wilayah-wilayah
lingkungan tertentu.
Telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa tugas
pendidikan ialah menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Masalah
relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat
menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu
masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan
nasional.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua
sektor pembangunan yang beraneka ragam seperti sektor produksi, sektor jasa.
Baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas. Jika sistem pendidikan
menghasilkan luaran yang dapat mengisi semua sektor pembangunan baik yang
aktual maupun yang potensial dengan memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh
lapangan kerja, maka relevansi pendidikan dianggap tinggi.
Sebenarnya kriteria relevansi seperti yang
dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan
pada umumnya dan gambaran tentang pekerjaan yang ada antara lain sebagai
berikut:
1. Status lembaga pendidikan sendiri masih
bermacam-macam kualitasnya.
2. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran
siap pakai. Yang ada ialah siap kembang.
3. Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya
yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk
menyusun programnya tidak tersedia.
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing-masing dikatakan
teratasi jika pendidikan:
1. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar,
artinya semua warga Negara yang butuh pendidikan dapat ditampung daalm suatu
satuan pendidikan.
2. Dapat mencapai hasil yang bermutu
artinya: perencanaan, pemprosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan.
3. Dapat terlaksana secara efisien artinya: pemrosesan
pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
4. Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya:
hasil pendiidkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Pada dasarnya pembangunan dibidang pendidikan tentu
menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang bermutu
sekaligus. Ada dua faktor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa
pendidikan yang bermutu belum dapat diusahakan pada saat demikian, yaitu:
Pertama: gerakan
perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi
rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana dan daya.
Kedua: kondisi satuan-satuan pendidikan
pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam
kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidik yang kurang kompeten,
kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai.
Meskipun demikian pemerataan pendidiakn tidak dapat
diabaikan karena upaya tersebut, terutama pada saat suatu bangsa sedang memulai
membangun mempunyai tujuan ganda, yaitu disamping tujuan politis juga tujuan
pembanguan yaitu memberikan bekal dasar kepada warga Negara agar dapat menerima
informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk mengembangkan diri sehingga
dapat perpatisipasi dalam pembanguanan.
Dalam uraian tersebut tampak bahwa masalah
pemerataan berkaitan erat dengan masalah mutu pendidikan.
Bertolak dari gambaran tersebut terlihat juga
kaitannya dengan masalah efisiensi. Karena kondisi pelaksanaan pendidikan tidak
sempurna, maka dengan sendirinya pelaksanaan pendidikan dan khususnya proses
pembelajaran berlangsung tidak efisien. Hasil pendidikan belum dapat diharapkan
relevan dengan kebutuhan masyarakat pembangunan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Solusi Pemecahan Problematika Pendidikan di
Indonesia
Solusi
Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan
sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pendidikan dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara
konvesional dan cara inovatif.
Cara konvesional antara lain:
a) Membangun gedung
sekolah seperti SD inpres dan atau ruangan belajar.
b) Menggunakan gedung
sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore).
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan,
utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi
masyarakat yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.
Cara Inovatif antara lain:
Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua, dan guru) atau
inpact sistem, sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa
provinsi.
a) SD kecil pada daerah terpencil
b) Sistem guru kunjung
c) SMP terbuka
d) Kejar paket A dan b
e) Belajar jarak jauh, seperti di
universitas terbuka.
Solusi
Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi Pendidikan
Meskipun untuk tiap-tiap jenis dan jenjang
pendidikan masing-masing memiliki kekhususan, namun pada dasarnya pemecahan
masalah mutu pendiidkan bersasaran pada perbaikkan kualitas komponen pendidikan
serta mobilitas komponen-komponen tersebut. Upaya tersebut pada gilirannya diharapkan
dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan dan pengalaman belajar peserta
didik, dan menghasilkan hasil pendidikan.
Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya
meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia, dan
manajemen. Sebagai berikut:
a) Seleksi yanglebih rasional terhadap
masukan mentah, khususnay untuk Slta dan PT.
b) Pengembanagn kemanpuan tenaga
kependidikan melalui studi lanjut.
c) Penyempurnaaan kurikulum
d) Pengembanagan prasarana yang menciptakan
lingkungan yang tenteram untuk belajar
e) Penyempurnaan sarana belajar seperti
buku paket, media pembelajaran
f) Peniungkatan adminisrasi
manajemen khususnya yang mengenai anggaran
g) Kegiatan pengendalian mutu.[
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah
diutarakan diatas merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah
yang berlangsung di dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut
berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah di luar sistem
pendidikan, sehingga harus diperhitungkan dalam memecahkan masalah mikro
pendidikan. Masalah makro ini meliputi masalah perkembangan internasional,
masalah demografi, masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya, serta masalah
perkembangan regional. Masalah-masalah makro yang merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
Perkembangan
Iptek Dan Seni
1.
Perkembangan Iptek
Terdapat hubungan yang erat
antara pendidikan dan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu pengetahuan
merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam
semesta , dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu
pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Sebagai contoh hubungan
antara pendidikan dan iptek, misalnya sering suatu teknologi baru yang
digunakan suatu proses produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru
lantaran perubahan persyaratan kerj, dan mungkin juga penguraian jumlahtenaga
kerja atau jam kerja, kebutuhan bahan-bahan baru, sistem pelayanan baru, sampai
pada berkembangnya gaya hidup baru, kondisi tersebut minimal bisa mempengaruhi
perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin rumusan baru tunjangan pendidikan,
otomatis juga sarana sarana penunjangnya seperti sarana laboratorium dan
ketenangan. Semua perubahan tersebut tentu juga membaw masalah dalam skala
nasional yang tidak sedikit memakan biaya. Contoh di atas memberikan gambaran
pengaruh tidak langsung iptek terhadap sistem pendidikan. Di samping pengaruh
tidak langsung juga banyak pengaruh yang langsung dalam sistem pendidikan dalam
bentuk berbagai macam inovasi atau pembaruan dengan aksentuasi tujuan yang
bermacam-macam pula. Ada yang bertujuan untuk mengatasi kekurangan guru dan
gedung sekolah seperti sistem Pamong dan SMP terbuka, pengadaan guru relatif
cepat seperti dengan program diploma, perlindungan terhadap profesi guru
seperti program akta mengajar. Hampir setiap inovasi mengundang masalah. Pertama,
karena belum ada jaminan bahwa inovasi itu pasti membawa hasil. Kedua, pada
dasarnya orang merasa ragu dan gusar jika menghadapi hal baru. Masalahnya ialah
bagaimana cara memperkenalkan suatu inovasi agar orang menerimanya. Setiap
inovasi mengandung dua aspek yaitu aspek konsepsional (memuat ide, cita-cita,
dan prinsip-prinsip) dan aspek struktur operasional (teknik pelaksanaannya).
2.
Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia,
secara individual ataupun kelompok yang menghasilkan sesuatu yamg indah.
Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang
bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan
keindahan. Dilihat dari segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya,
aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan
dominan afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan
disamping domain kognitif yang sudah digarap melalui program /bidang studi yang
lain. Dilihat dari segi lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap
cabangnya telah mengalami perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam
kehidupan masyarakat.
Laju
Pertumbuhan Penduduk.
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber
pada 2 hal, yaitu:
1.
Pertambahan Penduduk.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka penyediaan
prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya
pendidikan harus di tambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi
bertambah.
Pertumbuhan penduduk yang dibarengi dengan
meningkatnya usia rata-rata dan penurunan angka kematian, mengakibatkan
berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi penduduk usia sekolah dasar
menurun, sedangkan proporsi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja, dan
penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan kesehatan. Dengan
demikian terjadi pergesaran permintaan akan fasilitas pendidikan, yaitu untuk
sekolah lanjutan cenderung lebih meningkat dibanding dengan permintaan akan
fasilitas sekolah dasar. Sebagai akibat lanjutan, permintaan untuk lanjutan
keperguruan tinggi juga meningkat, khusus untuk penduduk usia tua yang
jumlahnya meningkat perlu disediakan pendidikan non formal.
2.
Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air
tidak merata. Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besar dan
daerah yang penduduknya jarang yaitu daerah pedalaman khususnya di daerah
terpencil yangberlokasi di pegunungan dan di pulau-pulau. Sebaran penduduk
seperti digambarkan itu menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana
pendidikan. Sebagai contoh adalah dibangunya SD kecil untuk melayani kebutuhan
akan pendidikan di daerah terpencil pada pelita V, di samping SD yang reguler.
Belum lagi kesulitan dalam hal penyediaan dan penempatan guru.
Aspirasi
Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi
masyarakat dalam banyak hal meningkat, khususnya aspirasi terhadap
pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini
mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Pendidikan dianggap
memberi jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga
sosial. Gejala yang timbul ialah membanjirnya pelamar pada
sekolah-sekolah. Arus pelajar menjadi meningkat. Di kota-kota , di samping
pendidikan formal mulai bermunculan beraneka ragam pendidikan nonformal.
Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa
pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah
murid dan siswa perkelas melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah
membengkak , diadakannya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan
pengurangan jam belajar, kurang sarana belajar, kekurangan guru, dan
seterusnya. Keterbelakangan budaya adalah istilah yang diberikan oleh
sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat
lain pendukung suatu budaya . bagi masyarakat pendukung budaya, kebudayaannya
pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik.
Keterbelakangan
Budaya Dan Sarana Kehidupan.
Keterbelakangan budaya adalah istilah yang
diberikan oleh sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju)
kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung
budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik.
Sesungguhnya tidak ada kebudayaan yang secara mutlak statis, apalagi mandeg,
tidak mengalami perubahan. Sekurang-kurangnya bagian unsur-unsurnya yang
berubah jika tidak seluruhnya secara utuh. Perubahan kebudayaan terjadi karena
ada penemuan baru dari luar maupun dari dalam lingkungan masyarakat sendiri.
Kebudayaan baru itu baik bersifat material seoerti peralatan-peralatan pertanian,
rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat non matreial
seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung,
penghargaan terhadap waktu, dan lain-lain. Keterbelakangan budaya terjadi
karena:
a) Letak geografis tempat tinggal suatu
masyarakat (misal terpencil)
b) Penolakan masyarakat terhadap datangnya
unsur budata baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan merusak
sendik masyarakat.
c) Ketidakmampuan masyarakat secara
ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya
umumnya dialami oleh:
a) Masyarakat daerah terpencil.
b) Masyarakat yang tidak mampu secara
ekonomis.
c) Masyarakat yang kurang terdidik.
Yang menjadi masalah ialah bahwa kelompok
masyarakat yang terbelakang budayanya tidak ikut berperan serta dalam
pembangunanmsebab mereka kurang memiliki dorongan untuk maju. Jadi inti
permasalahannya ialah menyadarkan mereka akan ketertinggalannya, dan bagaimana
cara menyediakan sarana kehidupan, dan bagaimana sistem pendidikan dapat
melibatkan mereka. Jika sistem pendidikan dapat menggapai masyarakat
terbelakang kebudayaanya berarti melibatkan mereka untuk berperan serta dalam
pembangunan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Problematika pendidikan adalah, persoalan-persoalan
atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan, khususnya
Negara Indonesia. Dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah
internal yang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Kita masih menghadapi
sejumlah masalah yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan dasar
sampai pendidikan tinggi. Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar sangat
penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap pendidikan
selanjutnya.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi
oleh dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yaitui:
- Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
- Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah kehidupan bermasyarakat.
Yang pertama mengenai masalah pemerataan, dan yang
kedua adalah masalah mutu, relevansi, dan juga efisiensi pendidikan.
Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan
bagaiman sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan
itu menjadi wahana bagi pembanguana sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga Negara
khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampung dalam sistem atau
lembaga pendidikan karena kurangnya fasilita pendidikan yang tersedia.
Masalah mutu pendidikan
Berarti pokok permasalahan mutu pendidikan lebih
terletak pada masalah pemprosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran
pemprosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan yang terdiri dari
peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, dan juga
masyarakat sekitar. Dan Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah
pemerataan mutu.
Masalah Efisiensi Pendidikan
Pada hakikatnya masalah efisiensi adalah masalah
pengelolaan pendidikan, terutama dalam pemanfaatan dana dan sumber daya manusia.
Dan sistem pendidikan yang efesien ialah dengan tenaga dan dana yang terbatas
dapat di hasilkan sejumlah besar lulusan yang berkualitas tinggi. Para ahli
banyak mengatakan bahwa sistem pendidiakn sekarang ini masih kurang efisien.
Masalah efisiensipendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikn
mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika
penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Masalah
ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembanagan tenaga kependidikan.
Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem
pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan,
yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan
nasional.
Alternatif solusinya:
Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan
Dengan Cara konvesional antara lain:
1) Membangun gedung sekolah seperti SD
inpres dan atau ruangan belajar.
2) Menggunakan gedung sekolah untuk double
shift (sistem bergantian pagi dan sore).
Solusi Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi
Pendidikan
Dengan Upaya pemecahan masalah masalah mutu pendidikan dalam garis
besarnya meliputi hal-hal yang bersifat sebagai fisik dan lunak, personalia,
dan manajemen. Sebagai berikut:
a) Seleksi yanglebih rasional terhadap
masukan mentah, khususnay untuk Slta dan PT.
b) Pengembanagn kemanpuan tenaga
kependidikan melalui studi lanjut.
c) Penyempurnaaan kurikulum
d) Pengembanagan prasarana yang menciptakan
lingkungan yang tenteram untuk belajar
e) Penyempurnaan sarana belajar seperti
buku paket, media pembelajaran
f) Peniungkatan adminisrasi
manajemen khususnya yang mengenai anggaran
g) Kegiatan pengendalian mutu.
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah
diutarakan diatas merupakan masalah pembangunan mikro, yaitu masalah-masalah
yang berlangsung di dalam sistem pendidikan sendiri. Masalah mikro tersebut
berkaitan dengan masalah makro pembangunan, yaitu masalah di luar sistem pendidikan,
sehingga harus diperhitungkan dalam memecahkan masalah mikro pendidikan.
Masalah-maslah makro yang merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu:
- Perkembangan iptek dan seni.
- Laju pertumbuhan penduduk.
- Aspirasi masyarakat.
- Keterbelakang budaya dan sarana kehidupan.
Mahasiswa PLS UM 2015
No comments:
Post a Comment