THE POWER OF MOSLEM IN QUR’AN
Sebuah Telaah Bagi Para
Aktivis Dakwah Dalam Perjalanan Menuju Iman Wal Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kekuatan Dalam Jalan Da’wah Bagi aktivis
dan mujahidin dimasa dahulu dan masa sekarang inin amatlah penting untuk
menujang jalannya da’wah seseorang. Mengenai da’awah itu sendidri kita tahu
bahah sekarang para umat muslim menglami jaman kemunduran yang menyebabkan keimanan
umat islam di dunia mengalami mengalami penggerusan. Islam yang dulu berjaya
kini semakin dalam keadaan keterpurukan yang hebat. Para pemuda muslim di jaman
Rasullah begitu semangatnya menyerukan kalimat-kalimat Allah, bahkan mereka
rela mati demi tegaknya islam di dunia ini. Namun sekarang para pemuda islam
lebih menyukai berdiam diri tanpa mengumandangkan kalimat-kaliamt Allah dengan
berdakwa. Padahal Allah sudah menyuruh kita untuk berdakwah menyebarkan agama
islam kepenjuru duni tanpa terkecuali. Namun disisi lain ketika umat muslim
hendak mendakwakan islam para orang kafir menghalangi itu semua. Seperti yang
kita lihat bahwa umat muslim dibantai secara sadis di berbagai belahan dunia
Inilah saatnya kita bangkit melawan para
orang-orang kafir yang memusuhi islam. Mengajarkan islam yang benar dengan
berdakwah, kita sebagai umat nabi muhammad haruslah lebih menggelorah
mendakwakan islam. Ingatlah bahwa umat nabi muhammad saw adlah sebai-baiknya
umat. Bagaimana cara kita berdakwa yang benar ? Dan apa yang nmenyebabkan
dakwah islam menurun ? itu bahas disi, mengetahui senjata-senjata seorang
muslim yang tidak bisa dikalahkan oleh orang-rang kafir yang bearasl dari
Al-QUR’AN. Bahkan senjata itu pun sebagai modal utama untuk berdakwah di
masyarakat. Adakalanya seorang aktivis dakwah diasingkan, dikucilkan, dan dibaikot
oleh masyarakat. Pendakwah sering beranggapan bahwa inilah kalu kita iltizam
kepada dakwah dan ini adalah bagian dari cobaan dalam berdakwah anggap semacam
iyu tidaklah benar. Tetapi adakalanya memang benar mungkin saja saat masyarakat
menolak dakwah kita, bisa jadi ia salah dalam menyampaikan atau tidak ada
pendekatan dulu kepada mereka, bahkan mungkin kita lebih cendrung menjauhi
mereka. Dalam dakwah kita amat butuh mereka , sehingga masyarakat membutuhkan
kita. Dalam hal ini akan disampaikan beberapa yang bisa menjadi senjata dan
kekuatan yang tak terkalahkan. Dalam hal akan diungkap berbagai hal penting
seperti kekuatan tauhid, iman, tawadzu’, sabar, ilmu, dan lain-lain. Dilatar
belakangi masih banyak aktivis dakwah yang masih lemah dan mujahid yang selalu
dianggap membuat masalah.
A.
Rumusan masalah
1. Apakah makna tauhid ?
2. Apakah yang dimaksud dengan kekuatan iman dan islam ?
3. Apakah yang dimaksud dengan kekuatan ilmu ?
4. Apa saja kekuatan yang ada pada kekuatan Al Qur’an ?
5. Bagimana kita cinta kepada Rasullah SAW ?
B.
Tujuan
1. mengetahi makna
tauhid.
2. mengetahi maksud dengan
kekuatan iman dan islam.
3. mengetahi maksud dengan kekuatan ilmu.
4. mengetahi kekuatan yang ada pada kekuatan Al Qur’an.
5. mengetahi cara cinta kepada Rasullah SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
TAUHID
Inilah kekuatan pertama yang harus dimiliki
setiap muslim, karen aini berpengaruh islamnya seseorang, dan juga kita
diciptakan untuk mentauhidkan Allah SWT. Sebagaiman firman-Nya didalam Q.S.
51; Adz
Dzariyat : 56, berikut :
“Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mengabdi
kepada-Ku” (Q.S. 51; Adz
Dzariyat : 56)
Allah Maknanaya bahwa mereka disuruh agar beribadah kepada Allah
swt. Allah yang berhak untuk diibadai dalam segala hal. Allah tidak memerlukan
sujud kita akan tetapi kita yang amat
butuh bersujud kepa-Nya, inilah petunjuk pentingnnya kita mempelajari tauhid.
Alah telah melarangkita untuk beribadah kepada thaghnut, sebagai implementalasi
rasa syukur kita kepada Allah, mahabah, khauf, dan raja’ kepada Allah. Tuhid
itu ada tiga macam:
1.
Rububiyah
Tauhid
inin menegaskan bahwa meng-Esakan Allah dalam segala perbuatan-Nya dengan
meyakini bahwa dia sendiri yang ada di bumi dan langit, dan tauhid ini juga
dimiliki kafir Quraiys juga mereka meyakini bahwa Allah SWT yang telah
menciptakan segala sesuatu. Firman Allah :
Allah swt telah menyatakan pulah tentang ke-Esaan-Nya dalam
rububiyah-Nya atas segala semesta. Ini
adalah bentuk tauhid rububiyah, mengimani bahwa tiada yang mampu menciptakan
segala sesuatu melainkan hanya Allah swt. Apa yang memebuatmu ragu akan
penciptaan Allah swt, maka Allah swt telah menutup malam dan membuka siang,
mengatur matahari dan bintang-bintang dengan sempurna, dan tidak ada sedikit
cacat celanya pada segala apa yang diciptakan Allah Swt. Bahkan jika engkau
mencari walu sekecil noktah yang tertitik pada sebiji sawi atau sekecil proton
sekalipun. Karen semua ciptaan-Nya sangat sempurna. Jadi mengakui atas tauhid
rububiyah Allah Azza wa jalla dan menerimanya adalah sesuatu yang fitri.
2.
Uluhiyah
Tauhid inilah yang tidka dimiliki kafir Quraisy sehinggah ia
mendapat laknat dari Allah dikarenakan pengingkaran tauhid uluhiyah ini. Tauhid uluhiyah adalah meng-Esakan Allah Azza
wa jalla dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat dan taqarub yang
disyariatkan; seprti do’a, nadzar, kurban, raja’, kauf, dan sebagainya. Allah
mengutus Rasullah untuk menyerukan, “Sembahlah
Allah”. Rasullah bukan diutus untuk bersenang-senang, tetapi diutus untuk
berdakwah.
"Allah menciptakan segala
sesuatu dan dia memelihara sesuatu.”
(Q.S. 39; Az-Zumar : 62)
Dan bahwasanya Dia (Allah) adalah penguasa seluruh alam, yang
mengatur dan mematikan kehidupan. Maka tauhid merupakan kekuatan tak
terkalahkan oleh apapun.
Rasullah saw bersabda:
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul kepada tiap-tiap umat (untuk mnyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghnut itu.” (Q.S. 16; An-Nahl : 36).
Makna tauhid “Sembahlah Allah” adalah :
1.
Tauhidkan Allah
2.
Esakan Allah
3.
Berdoalah kepada Allah
Sedangakan Allah melanjutkan firmanya-Nya “jauhilah thughnut”. Thughnut adalah :
1.
Sembahan selain Allah
2.
Syariat bukan dari Allah
3.
Setan
4.
dukun
Maka tidaklah heran bahwa setiap Rasul melalui dakwahnya dengan
perintah tauhid uluhiyah. Karena tidak ada ilahi yang berhak disembah melainkan
Allah semata. Kebutuhan seorang hamba untuk menyembah Allah tanpa
menyekutukannya-Nya dengan suatu apapun, tiadk memiliki bandingan yang dapat
dikiaskan tetapi mirip dengan kebutuhan jasad kepada makanan dan miniman. Akan
tetapi keduannya memilki perbedaan mendasar mengingan hakekat seorang hamba adalah qalbu dan ruh. Ia tidak
bisa menjadi baik kecuali dengan Allah semata .karena dengan mengingat Allah
hati seorang hamba bisa tenang dan bertambah hatinya. Sedangkan jika mendapat
nikmat dunia , maka nikmat yang didapat itu tidak akan bertahan lama dan hanya sementara.
4.
Tauhid Asma’u wa Sifat
“hanya milik
Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna
itu dan tingglkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenarandalam (menyebut)
nama-nam-Nya, nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang mereka
lakukan.” (Q.S. 7; Al-A’raf ; 180)
Ayat di atas menunjukkan akan hal-hal sebgai berikut :
1.
Allah telah menetapkan asma’ dan
larangan menafikan yang telah ditetapkan
2.
Asma Allah semuannya husna yang
dimaksudkan ialah baik dan sempurna tidak ada cacat celanay
3.
Dianjurkan untuk bertawasul dengan
asm’ul husna
4.
Allah mengancam dengan adzab yang
pedih bagi yang menyelewengkan asma’ul husna
Masih adakah orang yang menafikan asma’ Allah, padahal sudah jelas
dalil-dalil yang menyebutkan tentang masalah keutamaan asma’ul husna dan
apabila ada orang yang menafikan asma’ul Allah berarti ia berada di atas jalan
orang-orang musyrik dan ia keluar dari jalan Allah.
Inilah tiga tauhid menurut Al-qur’an dan As-sunnah yang sering kita
kufuri yang merupakan sifat Allah. Maka hendaklah kita mendalami tauhid karena
merupakan senjata tak terkalahkan dan memiliki keutamaan.
Tauhid memiliki banyak keutamaan diantaranya :
1.
diantaranya ialah menghapus
dosa-dosa seorang hamba.
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kedzaliman, mereka itulah yang mendpat
keamanan dan merek aitu adalah orang-orang yang mendaptkan petunjuk.” (Q.S.
6 ; Al-An’am : 82)
Jadi,
diayat inin djelaskan keutamaan tauhid yaitu mendapatkan keamanan dan petunjuk
dari Allah.
2.
Dimasukkan ke Jannah. Diriwayatkan
dalam hadist :
“Barang siapa yang bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak untuk
disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan muhammad adalah hamba dan
utusan-Nya. (Bersakasi bahwa) ‘Isa adalah hamba, utusan dan kalamat-Nya.
(Bersaksi bahwa) Jannah adalah benar adanya, nerakapun benar adanaya, maka
Allah pasti memasukkannya ke dalam Jannah-Nya betapapun amal yang dilakukan.” (H.R. Al-Bukhari)
3.
Diharam neraka baginya.
4.
Dapat melihat wajah Allah.
Diriwayatkan
dalam hadist :
“Allah ta’alla
berfirman : “wahai anak adam seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa
dosa sepenuh jagad, lantas engkau menemui-Ku dalam keadaan tidak
menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, maka qw akan memberimu amapunan sepenuh
jagad itu pula.” (H.R. At-Tirmidzi : 3540)
Tauhid
merupakan kekuatan seorang muslim yang harus dimiliki. Karena dengn kekuatan
inilah Allah Azza wa jallah akan memeberikan kekuatan, perlindungn ,
pertolongan yan gtidak pernah kita sangka dan duga.
B.
Kekuatan Iman dan Islam
Iman dan islam adalah kekuatan dan pelindung dari hal-hal yang bisa
mencampuri iaman dan islam kita. Iaman adalah percaya kepada Allah, para
malaikt kitab-kitab Allah, para rasul, hari akhir, dan qada’ dan qadar.
Menurut para musafir yang dimaksud dengan
iman adalah shalat menghadap kiblat (Baitul Maqdis). Sebab para sahabat sebelum
mendapata perintah untuk menghadap ke ka’bah, mereka melaksanakan shalat
menghadap ke Baitul Maqdis.
Iman adalah sumber dari kekuatan seorang muslim dan sekarang akan
kita kaji ulang persoalan rukun iman.
1.
Beriman kepad Allah : yaitu beriman
kepada wahdiyahnya dalam hal sifat, ibadah, do’a, dan hukum.
2.
Beriman kepada para malaikat-Nya :
mereka adalah makhluk yang diciptakan dari cahaya yang ditugaskan untuk
melaksanakan semua perintah Allah dan mencatat amal perbuatan manusia.
“Dan kepunyaan-Nya-lah segala yang di langit dan di bumi. Dan
malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk
menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan
siang tiada henti-hentinya.” (Q.S. 21;
Al-Anbiya’: 19-20)
3.
Beriman kepada kitab-kitab-Nya :
kitab-kitab yang diturunkan Allah yaitu taurat, injil, zabur, dan Al qu’an dan
Al Qur’an adalah penyempurna kitab-kitab yang terdahulu.
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. 39; Az-Zumar: 68-70)
4.
Beriman kepada rasul-Nya : Rasul
yang pertama Nabi Nuh as dan yang
terakhir adalah Rasullah as yang merupakan penutup para nabi.
5. Beriman kepada hari akhir : hari
perhitungn auntuk membalas semua amal berbuatan
6. Beriman kepada qada’ dan qadar : pokok
dari iman kepada takdir adalah senantiasa ridha dengn takdir yang baik dan
buruk.
Menurut bahasa Tashdiq (memepercayai). Sedangkan menurut
istilah ialah memepercayai Rasullah saw dan berita yang dibawahnya dari Allah swt.
Sedangkan makna dari kalimat, iman adalah perkataan dan perbuatan dapat
bertambah dan berkurang. yang akan dibahas satu persatu mngenai makna
tersebut:
1. Perkataan dan perbuatan : ucapan dua kalimat syahadat. Sedang yang
dimaksud dengn perbuatan ialah perbuatan hati (keyakinan) dan perbuatan anggota
badan (ibadah).
2. Bertmabah dan berkurang : bertmbah artinya ketaatan kepada Allah
dan berkurang melkukan maksiat.
a.
Marji’ah : iman adlah mempercayai
dengan hati dan mengucapkannya.
b.
Karramiyah : iman cukup ducapakan
dengan lisan.
c.
Mu’tazilah : iman itu perbuatan,
ucapan, dan keyakinan.
Menurut para ulama salaf, iman ialah :
1.
Imam Syafi’i : iman adalah perkataan dan perbuatan
dapat bertambah dan berkurang.
2.
Abu Na’aim : iman bertmabah dengan
ketaatan dan berkurang dengn kemksiatan.
3.
Ibnu Mas’ud : keyakian keseluruhan
adalah iman.
Bentuk-bentuk iman itu ada dua bagian, di antaranya :
1.
Iman kepada yang haq: iman kepada Allah,
malaikat, kitab-kitab Allah, Rasul-rasul, kepada hri kiamat, dan takdir, serta
iman kepada yang ghaib, jannah, paha, dosa, dan neraka.
2.
Iman kepada yang bathil: segolongan
manusia yang memprcayai suatu benda yang bisa membuat bala’ atu bahgia seseorang.
Dan dia menyembah dan mencintainya seperti Allah.
Iman seseorang pasti akan diuji sesuai dengan kadar imanya. Ada di
antara mereka yang lulus dengan ujian yang Allah berikan adapulah yang tidak,
dan dia harus memulainya dari bawah. Berat dan tidaknya ujian tergantung dengan
kadar imannya , maka bersabarlah adalah kunci mempertahankan iman.
C.
KEKUATAN ILMU DIEN
Ilmu merupakan kekuatan seoarnng muslim, karen ailmu merupakan
kunci sukses dalam beribadah kepada Allah swt. Allah telah menyebutkan ilmu
didalam al-qur’an. Kadang Allah memuji ilmu yang bermanfaat dan Allah pun
terkadang mencelah ilmu yang tidak bermanfaat. Dikarenakan ilmu yang bermanfaat
akan menjadikan pemiliknya lebih dekat dengan Rabbnya, sedangkan ilmu yang
tidak bermanfaat cendrung kepada kemaksiatandan menjauhkan dari Rabbnya. Dan
ilmu itu salah satu amalan yang dapat membedakan mana yang pandai dan mana yang
bodoh.
Tentu saja tidaklah sama orang pandai dengan orang bodoh, karena
emepunyai perbedaan yang mencolok. Saat halnya ibadah orang berilmu akan
beribadah sesuai dengan tuntunan yang telah ada dan disyariatkan bentuk
ibadah-ibadahnya dan akan lebih berhati-hati dalam melaksanakannya. Akan tetapi
orang bodoh bila beramal akan melekukanya sesuai hawa nafsunya. Bila terlihat
kurang ia tambahi dengan kemauannya sendiri dan menjadikan ibadahnya terasa
berat dilakukan.
Islam tidak begitu, karena islam menghargai semua bentuk masalah
ilmu sampai-sampai Allah menjanjikan kehormatan bagi yang berilmu.
“Hai orang–orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
“Berlapang-lapanglah dalam majelis “, maka lapangkanlah nicaya Allah akan
memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. 58;
Al-Mujadallh: 11)
Bahwa sudah jelas Allah akan mengangkat derajat serta kehormatan bagi
manusia yang berilmu. Ketinggan derajat menunjukkan keutamaan, maksudnya banyak
pahala, yang mana dengan banyak pahala derajat seseorang akan diangkat. Pengertian
derajat mempunyai dua konotasi, yaitu:
1.
Ma’nawiyah: di dunia memperoleh
kedudukan dan reputasi yang bagus.
2.
Hissiyah: di akhirat memilki kedudukan yang tinggi di
jannah.
Pada suatu hari Rasullah pernah ditanya tentang dua orarng, yaitu
ahli ibadah dan ahli ilmu. Maka Rasullah menjawab kelebihan orang yang berilmu
atas ahli ibadah, sama dengan kelebihan atas orang yang paling hina diantara
kalian. Dan orang yang mencari dan belajar (ilmu dien al-islam) ilmu akan dido’akan oleh para malaikat.
“ Sesunggunya Allah dan para malaikat-Nya penghuni langit dan
bumi, termasuk semut pula yang dilam liangnya, termasuk pula ikan paus, benar-benar
bershalawat kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”
(H.R. At-Tarmidzi).
Betapa antusias para malaikat mendo’akan para pencari ilmu, karena
hukum mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Maka mohonlah dengan tambahan
ilmu sebagimana firman Allah:
“Katakanlah : “Ya tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (Q.S. 20; Thaha; 114).
Lalu ilmu apa yang harus dipelajari untuk mendapatkan kemulyaan. Para fuqaha yang dimaksud adalah ilmu fiqih.
Karena dengan mempelajari ilmu fiqih dapat mengetahui mana yang halal dan haram
sesuai dengan syariat islam. Sedangkan menurut para muhadist yang harus
difahami adalah kitab dan sunnah. Sebenarnya mencari ilmu adalah haq, yaitu
wajib mencari dan meningglkanya berdosa. Karen orang meninggalkan mencari ilmu
dia nantinya akan dipimpin oleh kejahilan dan mereka termasuk merugi di dunia
maupun akhirat. Di dunia dianggap orang gagal dan di akhirat akan di adzab di
jahannam. Amatlah berbeda dengan orang
yang berilmu akan di mudahkan menuju jannah dan mendapat derajat yang tinggi. Allah
swt memberikan empat keutamaan bagi mereka yang mencari ilmu dien:
1.
Dikeliling malaikat
2.
Diberikannya ketengan hati
3.
Allah menyebut nama-Nya didepan
makhluk-Nya
4.
Diridhai Allah swt
Pentingnya mempunyai kekuatan ilmu di merupakan salah satu syarat
diterimannya amal ibadah seseorang. Karena ulama’ kita telah membuat suatu dasar
atau aqidah yang menjadi azas didalam islam atas diterimannya amal di sisi Allah
apabila telah ememnuhi dua persyaratan besar, yaitu: pertama: amal
ibadah itu dikerjakan semata-mata karena Allah (lillah) ikhlas; Kedua: mengikuti
dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah Nab. Dan apabial suatu amal dikerjakan tanpa
ilmu, tanpa dalil, dan tidak ikhlas maka amalan tersebut mardud
(tertolak/dikembalikan). Dan yang dimaksud dengan ilmu itu adalah:
1.
Al-Qur’an: firman-firman Allah SWT
2.
Al-Hadist: ucapan dan amalan yang dilakukan
Rasullah SAW
3.
Qaul Sahabat: ucapan dari para
sahabat
4.
Qias: lologika yang disyariatkan
Maka inilah yang dimaksud dengan ilmu. Ilmu merupakan kekuatan yang
terkalahkan, bahakan adalah kunci berbagai hal, maka pelajarilah dengan
tawadu’. Tujuan menuntut ilmu bukan sekedar unutk mendapatkan ilmu pengetahuan
dan kenikmatan ilmu dan pikiran saja. Walaupun akhirnya pengetahuan itu didapatkan
dan wawasan bertamabah. Banyaak orang pintar tetapi sedikit amalnya dan
kerusakan yang ditimbulkan mereka lebih banyak dari pada kerusakan yang
ditimbulkan oleh orang-orang awang. Kenapa hal ini harus disampaikankepada
semua kaum muslimin tentang kekuatan ilmu. Bagi seorang muslim haruslah
mempunyai ilmu dien untuk kelangsungan ibadahnya. Sedikitnya ilmu lebih baik
dari pada banyak ibadah tanpa ilmu dien.
Bahkan ilmu itu merupakan kekuatan dan bentuk jihad pengetahuan
yang luar biasa. Bentuk-bentuk jihad pengetahuan pengetahuan, yang terdapat
pada ayat berikut:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. 9; At-Taubah: 122).
Dalam islam tidak dikenal istilah pengetahuan agama dan pengetahuan
non agama atau umum sebagaimana yang telah difahami oleh kebanyakan kaum
muslimin. Karena semua ilmu pengetahuan adalah milik Allah. Maka pengetahuan
ad-dien pada ayat di atas dapat difahami sebagai semua pengetahuan yang
diperintahkan oleh Allah swt untuk mengetahuinya agar dijadikan sarana dalam
menegakkan ajaran islam di muka bumi ini. Yang tidak lain pengetahuan itu berupa
pengetahuan tentang Al-Qur’an, As-Sunnah, teknologi, kemiliteran, sosial,
politik, dan lain-lain. Yang mempermudah mentauhidkan dan pengabdian kepada
Allah swt.
D.
KEKUATAN
AL-QUR’AN
Al-Qur’an bagi seorang mukmin merupakan kekuatanyang tak dapat
dikalahkan. Yang dapat menunjukkan (al-huda), serta membuktikan (al-bayan), dan
membedakan (al-furqan). Segala aktivitas kehidupan dengan sempurna karena
memiliki kebenaran mutlak yang dijamin untuk kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Al-Qyr’an adalh sumber ketenangan hati dan jiwa manusia maka
sekirannya hatimu sehat maka kau tak kan bosan dengan Al-Qur’an.
Al-Qur’an kan memeberikan bacaan sebagai tambahan asset atas
keimanan yang sudah ada tunduk dan mengimani Al-Qur’an berpedoman kepadannya,
menjadikan Al-Qur’an sebgai referansi dalam hukum, dan tidak merasa keberatan
dengan segala keputusan yang telah digariskan. Al-Qur’an sebagai perisai
kepribadian dengan sifat dan kemanfaatannta sebagai:
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. 10; Yunus: 57).
Makna Al-Qur’an secara bahasa adalah bentuk mashdar dari kata kara
yang bermkana tala (membaca) dan bermakna jam’a (mengumpulkan seprti
kita menyatakan kara’a-kar’a-wa qur’an. Jadi berdasarkan
makna pertama tadi, yaitu tala
adalh bentuk mashdar yang bermakna isim ma’ful. Sehingga maknanya matlu
(yang dibaca). Sedangkan makna kedua, yaitu jam’a adalh bentuk mashdar
yang bentuknya isim fa’il. Sehingga maknanya jami’un (mengumpulkan)
karena Al-Qur’an adalh mengumpulkan berbagai macam kabar dan peringtan serta
hukum-hukum dan juga ada kisah-kisah yang jelasnya Al-Qur’an mempunyai sifast
sempurna dalam kabar, perintah, dan peringatan.
Makna Al-Qur’an secara istlah adalh kalamullah yang diturunkan
kepada Rasul-Nya, penutup[ para Nabi yaitu muhammad shalallahu ‘alaihi wa
sallam, yan gdi mulai dari Al-Fatehah sampai An-Nas.
Sesungguhnya
Allah swt telah menjaga Al-Qur’an yang agung ini dari segala pemalsuan,
pembajakan, perubahan, penambahan, pengurangan ataupun penggantian. Sehingga
Allah menjamin keaslian Al-Qur’an itu.
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. 15;
Al-Hijr: 9).
Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia. Tidak
seorang pun yang dapat gangguan kepada-Nya dan tidak datang kepadanya kebatilan
baik dari depan maupun dari belakang. Dan Al-Qur’an diturunkan kepada nabi
muhammad saw. Al-Qur’an diturunkan pertama kali kepada Rasullah saw pada malam
laialtul Qadr di bulan suci, yakni bulan Ramadhan.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan.”
(Q.S. 97; Al-Qadr: 1).
Itulah malam qadr, pada bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan sekali dari Lauh Mahfud ke Baitul Izzah,
kemudian diturunkan sedikit demi sedikit kepada Rasullah saw, sesuai kebutuhan
dalam jangka waktu 23 tahun. Turunya Al-Qur’an dibagi menjadi dua macam:
Pertama
Ibtida’i: yaitu ayat Al-Qur’an yang
turUn tanpa di dahului oleh suatu sebab yang melatarbelakanginya. Dan
kebanyakan Al-Qur’an turun secara ibtida’i.
“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah:
"Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami,
pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang
saleh.”(Q.S.
9; At-Taubah: 75)
Kedua sababi: yakni Al-Qur’an yang turun di dahului suatu sebab
yang melatarbelakanginya.
1.
Perntanyaan yang dijawab oleh Allah saw. Contoh:
“Mereka bertanya kepadamu
tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu
bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang
yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (Q.S. 2; Al-Baqarah: 189).
2.
Kejadian sebuah peristiwa yang
membutuhkan penjelasan dan peringatan. Contoh:
“Dan jika kamu tanyakan kepada
mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab,
"Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja".
Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok?"” (Q.S. 9;
At-Taubah: 65)
Dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang laki-laki pada peperangan Tabuk berkata
didalam majelis: “Kami tidak pernah melihat dan mendapat kitab Al-Qur’an
mereka. Tidak pernah melihat orang yang lebih ememntingkan perutnya, lebih
pembohong dari mereka, Dan lebih pengecut ketika berhadapan dengan musuh.” Berkatalah
yang lainnya: “Enkau dusta, dan engkaulah benar-banr seorang munafik. Akan
kukatan hal ini kepada Rasullahsaw.” Berita ini sampai kepada Rasullah dan
turunlah ayat Q.S At-Taubah: 65 ini. Sebagi larangan mengolok-olok Allah swt
dan Rasul-Nya.
3.
Adanya sutau permasalahan yang
membutuhkan penjelasan. Contoh:
“Sesungguhnya Allah telah mendengar
perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. 58; Al-mujadillah: 1).
Tahapan
turunya Al-Qur’an: pembagian ayat dalam Al-Qur’an yang demikia itu memiliki
hikma yang banyak. Jadi kekuatan tak terkalahkan dan masalh hikma diturunkannya
Al-Qur’an secara bertahap, diantaranya:
1.
Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad saw. Firman-Nya:
“Berkatalah
orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir
itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan
kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (Q.S. 25; Al-Furqan:32-33).
2.
Untuk memudahkan manusia dalam menghafal,
memahami, dan mengamalkannya. Firman-Nya:
“Dan Al Quran
itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya
perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. 17; Al-Issra’:106)
3.
Menambah keinginana untuk menerima
dan melaksankan perintah yang datang dari Al-Qur’an sehingga manusia merindukan
dengan penuh harap akan turunnya ayat. Terutama berkenaan dengan hal-hal yang
sangat membutuhkan jawaban atau penjelasan.
4.
pensyari’atan hukum secara bertahap
hingga sampai pada kesimpulan hukum yang sempurna seperti dalam ayat-ayat
khamr, yang mana manusia hidup dalam kultur dan budaya minum kamr. Maka,
sangtlah sulit dan berat bagi mereka untuk menerim larangan dengan meningglkan
tradidi mereka secaraq mutlak. Sehingga pensyari’atan dalam larangan minum khamr
dilakukan secara bertahap hingga sampai kepada pengharaman khamr secara mutlak.
Seorang muslim haruslah beriman kepada firman-firman Allah Yang
Maha mulia. Kemuliaaannya, keutamaannya, atas semua ucapan, Al-Qur’an adalh
firman Allahyang sempurna tiada kebathilan didalamnya. Barang siapa yamng
membaca dan memahami kandungan dari Al-Qur’an, maka akan beruntung dan siapa
yang berpaling akan merugi besar.
E. MENCINTAI NABI MUHAMMAD
E. MENCINTAI NABI MUHAMMAD
Mencintai
Nabi Muhammad saw adalh suatu keharusan dan wajib hukumnya. Beliau adalah manusia
luar biasa kejujurannya\, kebaikannya, kepandaiannya, dan tawaduzu’nya.
Ketabahan Nabi Muhammad saw dengan sifat ramahnya , membuat orang banyak mengikuti
dakwahnya, mencintai, meneladaninya , dan selalu membelanya demi agama yang
hanif yang dibwahnya. Dan siapa yang mencintaia Nabi Muhammmad saw mereka akan
mendapatkan kekuatan iman yang mantap dan tak tergoyahkan oleh orang-orang yang
suka merusak. Lantas kenapa kita harus mencintai Nabi Muhammad saw dan apa
alasanya ?
Alasan
harus mencintai Nabi Muhammad Saw dalam sebuah hadist :
“Demi jiwaku
yang berada dalam kekuasaaan-Nya tidak
sempruna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai aku dari pada
kedua orang tuanya dan anaknya.” (diriwayatkan
oleh: Al-Bukhari dari Abu Hurairah ra).
Nabi
Muhammad saw benar-benar utusan Allah swt.
“Muhammad itu adalah utusan Allah
dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud
mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka
mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan
sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan
tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia
dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala
yang besar.” (Q.S. 48; Al-Fath: 29)
Ada
beberapa hal yang menjadikan kita harus mencintai Nabi Muhammad saw.
1.
Seorang akan dikumpulkan dengan
orang yang mencintainya: seorang lelaki dari kampung datang ke Rasullah saw dan
bertanya, “wahai, Rasullah kapan datangnya kiamat?” Rasullah ganti bertanya,
“Apa yang telah kamu persiapkan untuk khari kiamat?” ia menjawab, “saya
mencintai Allah dan Rasullah-Nya.” Kemidian Rasullah berkata, “kamu bersama
orang yang kamu cintai.” Dalam kisah ini cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
menjadi modal utamauntuk masuk surga. Namun cinta bukan di lisan saja, harus
ada pembuktiannya:
a.
Mentaatinya. Firman-Nya:
“Katakanlah:
"Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (Q.S. 3;
Ali-Imran: 32).
b.
Memnuhi panggilan-Nya. Merupakan
kewajiban mutlak memnuhi panggilan Allah dan Rasullah-Nya. Firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang
memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi
antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nya-lah kamu akan
dikumpulkan.” (Q.S. 8; Al-Anfal: 24).
c.
Menjadikan beliau Rasullahsebagai
sumber hukum kedua. Ucapan Rasullah sebagai sumber kedua Al-Qur’an. Firman-Nya:
“Dan hendaklah kamu memutuskan
perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya
mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka
ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada
mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan
manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi
orang-orang yang yakin?” (Q.S. 5;
Al-Maidah: 49-50)
d.
Bershalawat kepada Rasullah saw.
Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. 33; AL-Ahzaab: 56).
Maksud
Allah bershalawat ialah memberi rahmat kepada Rasullah dan malaikat memohonkan
ampunan dan orang-orang berdo’a agar diberi rahmat.
e.
Merendahkan suara disis Rasullah
saw.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya
dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap
sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak
menyadari. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah
mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk
bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. 49; Al-Hujarat: 2-3).
2.
Beliau adalah rahmat seluruh semesta
alam: alasan selanjutnya mengapa kita harus mencintai Rasullah. “” (Q.S. 21; Al-Anbiya: 107)
a.
Orang-orang yang beriman dan
mengikutinya , mereka akan memperoleh kemulyaan dunia dan akhirat.
“Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan
karunia-Nya kepadamu , lalu (hati) kamu menjadi puas.” (Q.S. 93; Adh-Dhuha:
5).
b.
Orang-orang yang kafir dan
memeranginya, maka kematian mereka ketika berperang melawan Rasullah saw lebih
baik bagi mereka, karena semkain lama merek hidup, semakin pedih dan berat pula
siksaan yang mereka aterimah kelak di akhirat.
“Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (Q.S. 3; Ali Imran: 131-132).
c.
Orang-orang yang membuat perjanjian
damai dengan Rasullah saw akan hidup damai di bawah lindungan dan tanggung
jawab Rasullah.
d.
Orang-orang muanfik pura-pura
beriman mereka bisa hidup dengan selamat dan tenang seperti kaum muslimin yang
lain.
e.
Umat – umat yang jauh dari Rasullah
dan tidak sampai kepada mereka risalah dan dakwah Rasullah, maka dengan risalah
yang dibawah Rasullah , Allah akan mengangkat dan menghiulangkan adzab dari
seluruh penduduk bumi.
3.
Nabi Rasullah saw mencintai kita,
apakah memang hati kita yang keras atau memang kita tidak mempunyai perasaan sama
sekali, hingga kita lupa akan cinta Rasullah.
“Jika Engkau
menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika
Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (Q.S. 5; Al-Maidah: 118).
4.
Supaya tidak menjadi fasik kita
harus mencintai Rasullah agar tehindar dari sifst fasik.
“Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad
di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (Q.S. 9; At-Taubah: 24).
5.
Mencintai nabi adalh salah satu kesempurnaan.
“Tidak sempurna
iman sesorang sehingga aku lebih dicintai dari pada anak dan orang tuanya serta
semua orang.” (H.R. Bukhari dan Muslim dari shabat Nabi Anas ra).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat di
simpulkan bahwa:
AL-Qur’an adalah sumber utama kekuatan
umat muslim untuk mendakwahkan ajaran-ajaran islam yang benar. Di dalam Al-Qur’an
sudah dijelaskan tentang kekuatan apa saja yang ada didalam Al-Qur’an yang
diturunkan Allah. Allah telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhmmad saw
sebagai sumber kebenaran dan kekuatan langsung dari Allah swt. Dan al-qur’an
sebagai kekuatanm umat muslim yang mustajab. Al-Qur’an sebagai penyempurna kitab-kitab
allah yang terdahulu yang telah diselewengkan oleh orang-orang kafir. Sehingga Nabi
Muhammad saw diperintahkan untuk berdakwah membenarkan ajaran-ajaran menyimpang.
Karena didalam Al-Qur’an juga sebagai penguat kekuatan tauhid, keimana,
terdapat ilmu dien serta kecintaan kita kepada Rasullah saw untuk yang harus
dimiliki umat muslim. Karena dengan itu semua, Allah akan memberikan kekuatan,
perlindungan, pertolongan yang tidak
pernah kita sangkah. Al-Qur’an juga sebagai petunjuk penguat keimanan seseorang karena iman seseorang itu
akan diuji oleh Allah swt. Berat tidaknya ujian itu tergantung dengan kadar
keimanan. Dari firman Allah:
“Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah
beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi
pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.” (Q.S. Al Issara 107).
Dalam Al-Qur’an, ilmu merupakan
kekuatan umat muslim karena dengan ilmu orang mendaparkan perlindungan dan
dalam melekukan segalanya ia akan berhati-hati yang sesuai dengan syariat.
B.
SARAN
Pembahasan diatas, penulis dapat
memebrikan saran bagi pembaca makalah ini agar menyeruhkan dakwah yang telah
diperintahkan oleh Allah swt. Dengan penuh ikhlas lillahi ta’alllah. Dan
mendapatkan perlindungan, ditinggikan derajatnya, serta simasukkan surga kelak
di akhirat. Dan berdakwalah dengan pegangan kamu Al-Qur’an sebagai kekuatan
yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammada saw, untuk umatnya..
Demikian dalam penyusunan makalah ini,
penyusun menyadari masih banyak kesalah-kesalahan yang ada dalam makalah ini,
oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat penyusun harapkan untuk
penyempurnaan makalah ini lebih lanjut.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment