BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
topik hari kebangkitan dan hari akhir
selalu membuahkan banyak spekulasi. Manusia ingin mengetahui kapan hari
tersebut akan terjadi, bagaimana akan terjadi, apa pengaruhnya bagi manusia,
dan apakah hal-hal tersebut memang akan terjadi atau tidak.
Cara pandang manusia terhadap dua topik ini mempengaruhi
cara kita menjalani hidup. Kita ingin tahu kenapa kita diciptakan. Kita
mengerti dari kehidupan sehari-hari kita bahwa tidak ada sesuatu pun yang ada
tanpa tujuan. Karena kita ada, maka keberadaan kita pasti mempunyai tujuan.
Tapi apa tujuan itu? Bagaimana kita dapat menemukanya? Dan setelah kita
menemukanya, apa yang seharusnya kita lakukan?.
Pada tataran yang tidak begitu abstrak, penerimaan dan
penolakan kita akan hari kebangkitan dan hari akhirat mempengaruhi cara
kitabertikngkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak ada pengadilan dan
kehidupan kembali, apa manfaat kejujuran, kebaikan kepada orang lain, perhatian
terhadap kesenangan oang lain, dan usaha untuk hidup lurus? Tanpa pengadilan di
hari akhir, tentu tidak ada pahala atau hukuman. Jadi keputusan yang paling
masuk akal adalah memanfaatkan hidup kita di dunia ini sebaik-baiknya dan
berhati-hati. Kenapa kita khawatir terhadap konsekuensi abadi jika konsekuensi
itu sebenarnya tidak ada.
Menurut Islam, hidup manusia tidak bermakna tanpa hari
kebangkitan. Apa makna ujian kalau pahala atau hukumanya tidak diberikan
sepenuhnya? Bagaimana bisa ada tujuan jika manusia dilahirkan, hidup, lalu mati
dan perbuatan-perbuatanya tidak diadili? Dimana letak keadilan jika semua orang
diperlakukan sama? Namun, dunia materi yang sementara ini tidak dapat
mewujudkan pahala dan hukuman sepenuhnya, karena yang sementara tidak bisa
mengandung keabadian. Oleh karena itu, harus ada alam lain tempat diwujudkanya
pahala dan hukuman itu sepenuhnya. Alam lain itu adalah alam akhirat, yang
hanya dapat kita capai bila Allah membangkitkan dan mengadili kita.
A. Rumusan Masalah
1. Apa
makna Eksistensi dan kehidupan?
2. Apa
manfaat iman kepada hari kebagkitan dan alam akhirat?
3. Bagaimana
argumentasi rasional, ilmiah, teologis, dan menurut Al-quran tentang hari
kebangkitan dan alam akhirat?
4. Apa
makna eksistensi Roh?
5. Bagaiman
iman kepada hari kebangkitan dan kehidupan sesudah mati secara universal?
6. Bagaiman
eskatologi dalam islam tentang peritiwa-peristiwa dan keadaan akhirat?
B. Tujuan
1. Mengetahui
makna eksistensi dan kehidupan
2. Mengetahui
manfaat iman kepada hari kebangkitan dan alam akhirat
3. Mengetahui
argumentasi rasional, ilmiah, teologis, menurut Al-quran tentang hari
kebangkitan dan alam akhirat
4. Mengetahui
apa makna eksistensi roh.
5. Mengetahui
iman kepada hari kebangkitan dan kehidupan sesudah mati secara universal.
6. Mengetahui
eskatologi dalam islam tentang peritiwa-peristiwa dan keadaan akhirat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Eksistensi dan Kehidupan
Said Nursi, salah satu pemikir terbesar abad ke-20
mengemukakan argument berikut tentang keesaan dan eksistensi tuhan. Ada dua
cara untuk menerangkan bagaiman sebuah biji yang berada di bawah tanah tumbuh
menjadi tanaman atau pohon yang rindang, dan bagaimana satu sperma dan sel
telur tumbuh menjadi seorang manusia. Pertama, setiap partikel yang tak
terbilang yang beroperasi di dalam proses pertumbuhan secara individu tahu
tempat, fungsi, dan lingkunganya serta hubunganya dengan semua partikel sel dan
keseluruhan yang lebih besar dari organisme itu sendiri. Kedua, sesuatu yang
mempunyai pengetahuan yang luar biasa dalam hal ini menggunakan pengetahuan
tersebut di dalam proses pertumbuhan dan pembentukan makhluk hidup maupun
makhluk tak hidup.
Tubuh manusia adalah sebuah keajaiban yang simetris dan
asimetris. Para ilmuan mengetahui bagaimana embrio tumbuh di dalam Rahim untuk
membentuk kesimetrisan dan ketidaksimetrisan tersebut. Selain itu semua makhluk
hidup terbuat dari elemen yang sama (tanah, air, dan udara), tetapi mereka bisa
berbeda didalam hal ciri-ciri fisik,wajah, karakter, keinginan, dan ambisi.
Kemungkinanya adalah masingmasing partikel melakukan dengan sendirinya atau
penciptalah yang melakukanya.
Argument ini, seperti yang sering ditekankan oleh Said
Nursi, akan tidak menarik lagi jika kita menolak: “karena segala sesuatu
terjadi sesuai dengan progam tertentu dan prinsip sebab akibat, kenapa sebuah
partikel perlu tahu tentang semua informasi ini?” tetapi penolakan semacam itu
berarti percobaan untuk mencari penjelasan atas eksistensi dari dalam
eksistensi. Ini tidak bisa diterima karena pencarian semacam ini tidak
menerangkan bagaimana penciptaan pertama terjadi.
Ilmu pengetahuan matereialistik, mereflesikan eksistensi
dari dalam dan ia terpesona oleh keteraturan alam raya yang nyata. Segalanya
tampak terjadi sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu dan hukum sebab akibat.
Ilmu pengetahuan materialistik yang menghubungkan
kretivitas pada sebab (kausalitas)
menganggap alam sebagai mekanisme tanpa ada nilai dan benda yang melekat,
sehinga ilmu ini memisahkan sebuah benda dengan cara memotongnya dari
hubungan-hubungan benda itu dengan bagian lain dunia ini.
Jika kita menganggap materi adalah sumber atau awal
eksistensi, kita harus menerima bahwa materi yang nirnyawa, buta, tuli, bisu,
dan tidak berilmu itu mempunyai pengetahuan yang menyeluruh. Menurut fisika
klasik dan fisika baru, materi dapat diubah dan rentan terhadap intervensi dari
luar. Jadi tidak bisa kekal atau mampu menjadi sumber sesuatu.
Para penganut materialisme mengajak kita percaya bahwa alam
raya ini adalah hasil sebua kebetulan, hasil ketidakteraturan dan
kesemerawutan, hasil dari sebuah ketidaksengajaan. Kemudian mereka meminta kita
untuk percaya bahwa alam ini terjaga oleh sebab-sebab yang saling mempengaruhi
secara mekanistis.
Kesempurnaan eksistensi suatu hal ada melalui hidup. Selain
itu, hidup adalah dasar nyata dan cahaya eksistensi. Hidup juga menjadi pondasi
segala hal yang menyelaraskan segala hal untuk setiap makhluk hidup. Makhluk
hidup mengaku dunia ini sebagai rumahnya, dan seluruh alam semesta ini miliknya
yang dianugerahkan oleh pemberi hidup. Hidup begitu misterius dan sukar
dipahami. Bahkan, hidup tumbuhan, tingkat kehidupan yang paling sederhana, dan
bangkitnya kekuatan hidup sebuah biji pada awal kehidupan tanaman pun tidak
dapat dipahami dengan sepenuhnya.
Perbedaan yang jelas tetapi sering diabaikan antara manusia
dan jenis lain kehidupan memberi kita pelajaran. Di bumi ada empat kelompok
yang memenuhi dan bekerja untuk tujuan besar yang sempurna :
1. Benda
mati, termasuk partikel sub-atom, atom, molekul dan elemen. Mereka memenuhi
tujuan universal dengan cara rumit yang menakjubkan tanpa mengetahui apa yang
mereka lakukan atau mengapa mereka melakukanya.
2. Tanaman.
Mereka mempunyai beberapa tingkat kehidupan dan mengabdi pada binatang dan
manusia sebagai makanan.
3. Binatang.
Mereka melaksanakan tugas berdasarkan kemampuan mereka.
4. Manusia.
Mereka tahu apa yang mereka lakukan, mengapa dan untuk siapa mereka
melakukanya, serta mengapa orang-orang lain bekerja.
Makhluk melalui penciptaanya, kelemahan dan
ketidakpastianya, juga melalui ketergantunganya pada faktor-faktor di luar
dirinya, menunjukan bahwa mereka berhutang eksistensinya ini pada Dzat yang
mutlak ada, menciptakan dan mempunyai kuasa atas segala sesuatu. Melalui
kefanaanya dan kematianya serta digantinya oleh yang lebih muda, mereka
menunjukan kekekalan Dzat tersebut. Jadi, apapun yang ada dan terjadi adalah
hasil dari manifestasi Asma-asmaNya yang relevan.
Dengan demikian, tidaklah benar atau tidaklah masuk akal
bagi manusia untuk menyia-nyiakan hidupnya dengan memuaskan nafsu-nafsu
jasmaniah yang fana dan mengejar kesenangan-kesenangan duniawi yang sekejap
saja. Hidup harus diabdikan demi pencarian untuk menyadari tujuan yang
dipikulkan kepada hidup itu sendiri oleh sang pemberi hidup.
B. Manfaat Iman Kepada Hari Kebangkitan Dan
Alam Akhirat
Allah Sang Pencipta Yang Maha Pengasih dan Penyayang telah
menciptakan dunia ini dalam wujud sebuah festival, sebuah tempat perayaan dan
pameran. Dia telah menghiasinya dengan tulisan yang sangat luar biasa dengan
sifat-sifatnya (Asmaul Husna), dan menghiasi roh dengan jasmani yang memiliki
indera yang sesuai dan cocok yang memungkinkan individu memperoleh manfaat dari
hal-hal baik dan penghargaan di dalam festival tersebut. Dia mengirimkan setiap
roh tersebut kedalam kedalam festival ini sekali.
Manifestasi rahmat, kasih sayang, dan kemurahan Allah di
dalam festival ini diimbangi oleh sifat-sifat yang maha gemilang, maha
menghasncurkan, dan yang menyebabkan mati melalui kematian dan perpisahan. Hal
ini tampaknya tidak selaras dengan semua rahmat yang diekspresikan dalam rahmat-Ku meliputi segala sesuatu
(7:156).
Dunia terus-menerus disemarakkan melalui ciptaan dan
kehendak, dan terus memusnahkan kehidupan melalui siklus ciptaan, ketentuan,
dan kebijaksanaan lain. Kematian bukanlah kepunahan, tetapi sebuah gerbang
menuju kehidupan yang lebih baik, lebih maju dan lebih murni.
Al-Qur’an menyebutkan kematian sebagai sesuatu yang
diciptakan dan oleh karenanya memiliki eksistensi (67:2). Ketika ajal menjemput
raga, sepertinya kehidupan akan berakhir. Tetapi, realitanya, makhluk hidup
tersebut diangkat ke tingkat yang lebih tinggi. Kematian sebagai tanaman,
tingkat kehidupan yang paling sederhana, adalah kekuasaan Allah, sepertihalnya
kehidupanya, tetapi manusia jauh lebih sempurna dari pada tumbuhan. Karena
manusia merupakan ciptaan tertinggi, kematian mereka harus lebih sempurna dan
pasti memiliki tujuan yang lebih besar. Setelah manusia mati dan dikubur, mereka
pasti akan dibawa ke dalam kehidupan kekal.
Kematian adalah sebuah rahmat bagi umat manusia karena
beberapa alasan, diantaranya:
1. Membebaskan
kita dari kesengsaraan hidup, yang semakin meningkat sejalan dengan usia kita.
2. Kematian
membebaskan kita dari kehidupan duniawi yang sama seperti penjara bawah tanah
yang sempit, bergolak keras dan menekan.
3. Usia
tua dan kondisiyang tak tertahan lagi diakhiri oleh kematian.
4. Tidur
membawa ketenangan dan perasaan lega, seperti halnya kasih sayang, khususnya
untuk orang-orang yang sakit dan sengsara.
5. Karena
kematian adalah rahmat bagi orang-orang yang beriman.
6. Allah
menjelaskan hakekat sejati diri dunia dan kehidupan di dalamnya, dan
mengingatkan kita bahwa cinta kita kepada salah satu atau keduanya adalah
sia-sia.
Iman kepada akhirat merupakan dasar kehidupan umat manusia
dalam masyarakat ataupun individu, fondasi untuk semua kebahagiaan dan kasih
sayang, karena setelah iman kepada Allah, iman kepada hari akhir berperan dalam
melindungi sebuah tata sosial yang damai. Apabila kita tidak percaya bahwa kita
akan dipanggil untuk memperhitungkan amal perbuatan kita, mengapa kita
diharuskan menjalani hidup dengan jujur dan benar. Tetapi, apabila kita berbuat
menurut keyakinan bahwa kita harus menjalankan perhitungan amal perbuatan, kita
akan hidup dengan taat dan benar. Al-Qur’an menyebutkan:
“kamu
tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur’an
dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi saksi atasmu
di waktu kamu melakukanya. Tidak luput dari pengetahuan tuhanmu biarpun sebesar
zarroh (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak
(pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang
nyata (Lauh Mahfuzh) (10-61).
Iman kepada hari kebangkitan menjadikan sebuah rumah
menjadi sebuah taman surga. Iman kepada hari kebangkitan mengingatkan setiap
orang atas tanggung jawab mereka satu sama lain, dan menciptakan indahnya
saling mencintai, menyayangi, dan menghargai.
Iman kepada hari kebangkitan juga membawa kepada saling
mencintai dan penghargaan yang paling mendalam kepada suami atau isteri. Cinta
yang berdasarkan kecantikan fisik besifat sementara, sehingga rendah nilainya.
Biasanya akan pudar sesaat setelah pernikahan. Apabila keidupan keluarga
didasarkan pada keimanan terhadap hari kebangkitan, para anggota keluarga akan
merasa seakan-akan mereka tinggal di surga. Apabila tatanan sosial suatu Negara
berdasarkan keimanan terhadap hari kebangkitan dan hari pengadilan, kehidupan di
Negara itu akan jauh lebih baik dari pada kehidupan yang dibayangkan Plato
dalam republic-nya atau Al-farabi dalam Al-Madina al-Fadila (kota kebaikan). Negara itu akan mejadi madinah
pada masa nabi, atau Negara muslim di bawah kepemimpinan Umar.
C. Argumentasi Rasional, Ilmiah, Teologis,
Menurut Al-Quran Tentang Hari Kebangkitan Dan Alam Akhirat
Hampir semua agama setuju bahwa suatu hari akan datang
dimana dunia akan binasa dan dibangun kembali, dan mayat-mayat dibangkitkan
menuju kehidupan lain yang abadi. Namun demikian, di bawah pengaruh matrealisme
ilmu pengetahuan Eropa, yang muncul pada abad ke-18 dan merasuki hampir semua
lingkup ilmu pengetahuan pada abad ke-19, sekarang banyak orang yang meragukan
atau menolak keyakinan ini.
Menurut logika, eksistensi sesuatu terbentuk ketika suatu
zat ditemukan, sedangkan penyangkalan atau penolakanya membutuhkan penyelidikan
melintasi waktu dan ruang. Lebih dari 100.000 Nabi telah datang, dan semua
menyampaikan pilar keimanan yang sama, termasuk keimanan terhadap hari kiamat
dan kehidupan sesudah kematian. Bahkan di dunia ini, dimana materialisme ilmiah
tersebar luas dan mendominasi lingkaran ilmu pengetahuan, jumlah orang yang
memeluk agama dan beriman terhadap kehidupan sesudah kematian adalah lebih
besar dari yang mengingkarinya. Penolakan atau skeptisme terhadap kehidupan
sesudah mati tidak obyektif, karena tidak ada orang skeptis (atau ateis atau
anogtis) yang dapat menggunakan ilmu pengetahuan untuk membuktikan secara
obyektif bahwa skeptisme bersifat ilmiah atau bahwa tidak ada kehidupan sesudah
kematian.
1. Argumetasi Rasional
Renungkan analogi berikut ini: dalam perjalanan, anda
menjumpai sebuah penginapan untuk para kafilah yang dibangun oleh orang hebat.
Penginapan itu dihiasi dengan hiasan yang paling mahal agar menyenangkan dan
memikat para tamu sepanjang malam mereka menginap. Mereka hanya bisa
menyaksikan sebagian kecil saja, karena mereka sesaat saja tinggal di
penginapan itu. Setelah sejenak merasakan kenikmatan yang disuguhkan, mereka
melanjutkan perjalanan dengan kekecewaan namun demikian, abdi orang hebat itu
sibuk mencatat perilaku setiap tamu dan menyimpan catatan tersebut. Juga anda
saksikan dekorasi yang paling menakjubkan itu diganti setiap hari dengan yang
baru untuk para tamu yang baru datang.
Setelah menyaksikan semua ini, masih adakah keraguan bahwa
pembuat penginapan untuk para kafilah itu pasti memiliki tempat tinggal indah
yang permanen, harta benda yang tidak ada habisnya, limpahan kedermawanan yang
tiada batas? Melalui kedermawananya yang ditunjukan disini, dia hanya bertujuan
membangkitkan gairah para tamunya atas sesuatu yang tersedia dalam kehadiranya
yang hanya sebentar, untuk membangunkan keinginan mereka atas hadiah-hadiah
yang telah dipersiapkan untuk mereka.
Apabila anda renungkan
dunia ini, anda akan mengerti hal-hal berikut:
a. Dunia
ini, layaknya penginapan untuk para kafilah, tidak eksis untuk dirinya sendiri.
b. Orang-orang
yang tinggal di dalamya adalah tamu, diundang oleh sang dermawan ke tempat
tinggal yang damai.
c. Hiasan-hiasan
dunia berada disini tidak untuk kenikmatan atas kepuasan anda, karena
kesenangan sesaat semacam itu mengakibatkan derita berkepanjangan manakala
mereka menghilang.
d. Hiasan
di dunia ini ibaratnya contoh dan bentuk yang mewakili rahmat yang tersimpan di
surga, oleh Kekuasaan Yang Maha Kaya, untuk orang-orang yang taat dan
berprilaku baik.
e. Benda-benda
sesaat ini tidak diciptakan untuk
non-eksistensi, untuk muncul sekejap kemudian lenyap.
f. Manusia
belum pernah dibiarkan untuk mengembarakan keinginanya.
g. Kematian
semua makhluk di musim gugur, yang sebelumnya mereka terlihat di musim panas
dan semi tidak membawa mereka kepada noneksistensi.
Tidak ada sesuatupun dalam eksistensi yang sia-sia; makhluk
yang tidak berbuat apa-apa adalah sia-sia. Tuhan menciptakan umat manusia untuk
berbagai tujuan yang hati-hati, dengan tidak membiarkan mereka tetap tinggal di
dalam tanah selamanya, akan membangkitkan semua orang dalam dunia yang kekal.
Sebagaimana Dia menyimpan satu buah dalam ingatan dan melalui biji-bijinya, dan
sebagaiman Dia mengembalikannya seperti pergantian musim setelah Dia
memperkenalkannya pada tingkaat kehidupan yang paling tinggi di dalam jasad
seekor binatang atau seorang manusia, jadi Dia akan memperkenalkan umat manusia
ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi di dunia lain setelah kebinasaan total
seseorang ini.
Tuhan menciptakan manusia bukan dari sesuatu. Setiap
manusia unik, karena mereka tidak memiliki bagian pra-eksistensi di dunia ini.
Dia menciptakan setiap tubuh manusia dari tanah, udara, dan air, dan kemudia
mengubah mereka menjadi makhluk pintar yang berakal. Bukankah logis mengatakan
bahwa pembuat sebuah mesin dapat merusaknya dan kemudian menyusunnya kembali
secara sempuran, atau bahwa seorang komandan dapat mengumpulkan pasukanya yang
berpencar dengan tiupan sebuah terompet?
Pembangkitan kita semudah hal ini. Tuhan Yang Maha Kuasa yang
akan mengumpulkan setiap atom individu, tidak peduli di mana pun mereka berada,
dan menjamin mereka wujud kehidupan abadi yang lebih mulia : katakanlah:
“berjalanlah di (muka) bumi, maka
perhatikanlah bagaiman Allah menciptakan
(manusia) dari permulaanya, kemudian Allah
menjadikan sekali lagi. Sesungguhnya
Allah maha kuasa atas segala
sesuatu (29:20); katakanlah: “ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakanya
kali yang pertama (36:79); Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan,
kemudian mengembalikan
(menghidupkanya) kembali, dan meghidupkan
kembali itu adalah lebih mudah bagiNya (30:27).
2. Argumentasi ilmiah
Ilmu pengetahuan “berjalan” berdasarkan teori-teori akan
berkembang melalui uji coba teori-teori tersebut. Banyak fakta-fakta ilmiah
yang akhir-akhir ini dianggap salah, sepertihalnya fakta-fakta ilmiah
sebelumnya, sekarang diketahui sebagai konsepsi yang salah. Juga, kita menerima
eksistensi banyak hal meskipun kita tidak dapat membentuk eksistensinya secara
ilmiah.
Sepanjang sejaarah, banyak orang percaya kepada kehidupan
sesudah mati. Sehingga, akan tampak lebih alamiah untuk memungkinan
eksistensinya dalam teori dan menyelidikinya. Menyangkalnya berarti tidak
alamiah, karena penyangkalan semacam itu merupakan suatu kesimpulan yang harus
didasarkan pada bukti konkrit. Tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan dan
secara ilmiah mengklaim noneksistensi kehidupan sesudah mati, atau bahwa hari
kiamat tidak akan terjadi.
Para ilmuan materialis telah menganggap tidak mungkin
terjadai penghidupan kembali, dan menganggap hari kiamat sia-sia saja
dibicarakan secara ilmiah. Perubahan pertama dilakukan oleh Antoine
Laurent Lavoisier, ilmuan Prancis yang
terkenal dan penemu ilmu kimia modern. Dia membantah teori-teori sebelumnya
dengan membuktikan kepuasan dirinya sendiri serta kepuasan ilmu pengetahuan
sezamanya bahwa kuantitas dan massa total suatu benda di dunia ini tidak
berkurang atau bertambah.
Penemuan radioaktif
dan tranformasi zat menjadi energi, kemajuan penting kedua dalam bidang
ini, menyebabkan teori Lavoisier dimodifikasi. Namun demikian, teori itu tetap
valid sepanjang kekekalan suatu benda/zat dan energi diperhatikan. Meskipun
aksi dan reaksi kimia menyebabkan zat berubah bentuk dan ukuran, tidak ada
elemen yang hilang. Yang kita lihat dan ketahui adalah suatu kumpulan berbgai
makhluk yang memiliki kualitas yang mungkin berubah. Pemahaman baru semacam itu
menyebabkan teori tentang kekekalan zat menggantikan hukum sebelumnya dan
menjelaskan secara lengkap semua perubahan dan tranformasi zat.
Selain perkembangan-perkembangan ini, riset terhadap
fenomena semacam itu seperti pengalaman-pengalaman spiritual
pengalaman-pengalaman dan penglihatan menjelang kematian (dikenal sejak zaman
kuno), juga transkomunikasi instrumental dan fenomena suara elektronik, dengan
jelas menunjukan adanya kehidupan sesudah mati.
Orang-orang yang memiliki suatu pengalamn spiritual
biasanya mendapatkan keselamatan setelah kematian. Mereka tahu mereka kembali
ke jasad fisik mereka karena wujud duplikat mereka yang tidak kasat mata tetap
berhubungan denganya karena adanya sebuah kabel perak. Ketika kabel perak ini
terputus, maka wujud yang tidak kasat mata selamat di akhirat.
Apabila kita dapat memilih antara kehidupan abadi yang
penuh kesengsaraan dan non-eksistensi abadi setelah kehidupan mewah yang hanya
sekejap, sebagian besar mungkin akan memilih pada pilihan pertama. Bahkan kita
lebih memilih eksistensi abadi di nereka dari pada non-eksistensi abadi. Tuhan
Yang Maha Pemurah dan Yang Maha Bijaksan, tidak menakdirkan kita kepada
non-eksistensi abadi, atau memberikan kepada kita suatu keinginan terhadap
keabadian sehingga kita akan merasakan keinginan tulus yang tidak dapat kita
puaskan. Dengan demikian kebijaksanaan tuhan
membutuhkan eksistensi sebuah dunia abadi dimana kita akan hidup kekal
di dalamnya.
Dunia ini tidak benar-benar berprospek baik untuk suatu
perkembangan potensi manusia, kita ditakdirkan mencapai realisasi di dunia
lain. Esensi komprehensif kita berupaya bahwa kita dapat menuju keabadian.
Sifat mulia kita pada dasarnya memungkinkan kita melakukan kebaikan maupun
kejahatan. Karena tata tertib dan disiplin penting sekali, maka kita tidak
dapat ditinggalkan begitu saja atau ditakdirkan menuju kemusnahan abadi. Neraka
sedang menunggu kita dengan mulut terbuka; Surga sedang mengharapkan kita
dengan tangan terbuka.
3. Argumentasi Teologis
Iman kepada Allah mengharuskan adanya iman kepada kehidupan
sesudah
kematian karean
alasan-alasan berikut ini:
Allah bersifat Maha
Agung, Penguasa Abadi membutuhkan sifat Maha Abadi itu. Keagungan Allah
yang terlihat dalam setiap perubahan musim, orbit tertinggi planet-planet,
keteraturan segala sesuatu, penciptaan bumi sebagai tempat tinggal dan matahari
sebagai lampunya, dan transformasi-transformasi yang dahsyat seperti
menghidupkan dan menghias bumi yang kering dan mati-semua menunjukan bahwa
Allah Yang Maha Tinggi dan Sang Kuasa Yang Maha Agung mengaturnya dari balik
tabir semua yang terlihat.
Allah bersifat Maha
Pemurah dan Yang Maha Penyayang
memerlukan sifat Maha Pemurah itu. Bercerminlah pada hal ini:
bukankah semua makhluk hidup diberikan makanan dan minuman yang layak? Yang
paling lemah dan tidak berdaya pun mendapatkan makanan dan minuman terbaik.
Semakin lemah dan tidak mampu suatu makhluk, maka semakin baik makanan dan
minuman yang diberikan. Misalnya, selama tahap kehiduan pertama, kita mendapatkan
makanan dan minuman dengan cara terbaik dan tanpa susah payah.
Allah bersifat Maha
Kaya dan Yang Maha Pemurah wajib memiliki sifat
Maha
Kaya. Seorang rahib bertanya kepada khalifah ‘Abasyiah Harun al-Rasyid:
“Jika anda sangat membutuhkan segelas air, apakah anda akan memberikan kerajaan
anda sebagai imbalanya?” Khalifah tersebut menjawab dia akan memberikanya. Sang
rahib kembali bertanya: “Apabila anda tidak bisa melaksanakanya sendiri,
akankah anda menyerahkan kerajaan anda sebagai imbalan? Khalifah menjawab dia
akan menyerahkanya. Sang rahib menympulkan “Dengan demikian semua kekayaan dan
kerajaan hanyalah satu gelas air.”
Allah Maha Pengasih
dan sifat Maha Penyayang memerlukan sifat Maha Pengasih. Kasih sayang Allah
menyembuhkan sakit, hati dan perasaan yang terluka. Tanpa kasih sayang itu,
anda tidak dapat menghentikan luka yang berdarah. Kasih sayang membantu manusia
dan binatang pada semua tahap kehidupan mereka, khususnya sebelum dan sesudah
kelahiran. Rasa kasih sayang setiap orang tua merupkan manifestasi tunggal dari
kasih sayang Allah.
Allah Yang Maha
Bijaksana dan Maha Adil membutuhkan sifat Maha Bijaksan dan Adil. Yang
mengatur dunia ini dengan sedemikian
serasinya selaras dengan kearifan yang tiada batas. Hal ini terlihat
dalam betapa penting dan bermanfaatnya semua hal yang dimanifestsikan. Bukankah
anda pernah melihat betapa banyaknya tujuan-tujuan bijaksana yang diberikan
oleh setiap badan, tulang, dan syaraf di dalam tubuh seorang manusia, oleh
setiap sel otak dan setiap partikel di dalamnya? Tujuan sangat banyak sebanyak
buah-buahan pada sebuah pohon, yang meyakinkan bahwa semuanya diatur sesuai
dengan kebijaksanaan yang tiada batas. Bukti lainya adalah keselarasan yang
luar biasa yang denganya segala sesuatu telah diciptkan.
Allah Yang bersifat
Maha Sempurna dan Maha Indah memerlukan sifat tersebut. Dengarkan
burung-burung yang berkicau di pagi hari musim semi, suara gemericik sungai
kecil yang mengalir diantara lahan hijau atau lembah yang dalam. Lihatlah
keindahan padang rumput yang hijau dan pepohonan yang sedang bersemi yang luar
biasa indahnya. Amati matahari yang terbit atau terbenam, bulan purnama di
malam yang cerah dan langit yang tanpa mendung. Semua ini dan banyak lagi
pemandangan lain yang membuktikan adanya sebuah kesempurnaan yang tersembunyi
yang menakjubkan dan keindahan yang luar biasa yang tiada tara, seperti halnya
sinar matahari membuktikan eksistensi matahari.
Allah bersifat Maha
Iba (belas kasih) dan Penjawab Doa memerlukan sifat itu. Allah adalah
penguasa belas kasihan dan kasih sayang yang tiada batas, yang paling sabar
memenuhi kebutuhan terkecil dari makhluk terkecilNya yang paling tersembunyi
dan menanggapi semua permintaan yang terucap maupun tidak terucap. Bagaimana
mungkin Dia tidak mengabulkan permohonan terbesar dari hambaNya yang paling
mulia dan makhluk yang paling dicintaiNya? Bagaimana Dia tidak mendengarkan dan
mengabulkan doa yang paling mulia seorang hamba? Keinginan yang
dimanifestasikan dalam pemeliharaan binatang-binatang kemah dan masih bayi
menunjukan bahwa Sang Penguasa Rasa Iba menggunakan sifat PenguasaNya dengan
rasa iba atau belas kasihan yang tiada batas.
Allah yang bersifat
Maha Mencatat dan Memelihara memerlukan sifat itu. Karena banya benda dan
media yang yang memiliki suara dan wujud, pasti demikian pula dengan segala
sesuatu yang mencatat dan memelihara. Ini memungkinkan kita mencatat dan
menyimpan informasi penting. Yang berarti bahwa Sang Penguasa adalah
Satu-satuNya yang Maha Mencatat dan Memelihara, dan apapun yang terjadi berlangsung
pada hamba-hambanya yang berakal, adalah sangat penting bagiNya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Dia pasti telah mengatur bahwa semua interaksi
dan amal perbuatan dicatat dan dipelihara.
Allah Yang Maha Hidup
da Menghidupkan, serta Yang Mematikan memerlukan sifat itu. Allah
membangkitkan bumi yang luas ini ketika bumi ini mati dan kering, dan dengan
jalan itu mewujudkan kekuaanNya dengan menghidupkan kembali jutaan spesies yang
luar biasa yang di dalamnya Dia mengejawantahkan pengetahuanNya yang maha luas
dalam keragamaan yang tak terhitung jumlahnya di dalam campuran bentuk-bentuk
berbeda mereka yang kompleks.
Allah dapat
menghancurkan dan membangun kembali
dunia dalam sebuah bentuk yang berbeda tempat umat manusia akan hidup
secara kekal. Tuhan yang akan membawakan dunia berikutnya kepada makhluk
sangat mampu melakukan hal itu. Dia berkuasa secara absolut atas segala
sesuatu, dan makhluk terbesar dan terkecil sama kedudukanya menurut
kekuasaanNya.
Karakter kekuasaan
Allah dan cara kekuasaan itu bertindak. Karena kekuasaan Allah berasal dari
sifat esensi ketuhananNya, segalanya mampu dilakukan. Karean hal ini berkaitan
dengan dimensi lahiriah suatu eksistensi, maka tidak ada rintangan yang dapat
menghalangi pelaksanaannya. Juga dalam kaitanya dengan sesuatu, kekuasaan Allah
mencerminkan hukum Allah yang bersifat universal dan khusus adalah sama.
4. Argumentasi Al-Qur’an
Al-Qur’an berargumen tentang hari kebangkitan ini untuk
menyentuh hati manusia mengenai kehebatan yang akan dilakukan Yang Kuasa pada
hari akhir, dan untuk mempersiapkan jiwa manusia untuk dapat menerima dan
memahaminya, Al-
Qur’an menyajikan kehebatan yang dia
lakukan disini untuk mempersiapkan kita terhadap hal itu. Ini memberikan
contoh-contoh tindakan-tindakan besar Allah di dalam alam semesta yang luas
(makro-kosmos) dan, kadangkala, menunjukan pembuangan menyeluruhNya terhadap
makro-kosmos, normo-kosmos, dan mikrokosmos (alam semesta, umat manusia, dan
atom).
Contohnya, ayat Al-Qur’an berikut ini menekankan kekuasaan
Allah dan, dengan menyebutkan berbagai fakta, mengajak kita untuk memiliki
keyakinan tentang pertemuan kita dengan Dia di akhirat:
Allah-lah yang meninggikan langit tanpa
tiang (sebagaimanaa) yang kamu lihat, kemudia Dia besemayam di atas ‘Arsy’ dan
menundukan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhlukNya), menjelaskan tanda-tanda
(kebesaranNya), supaya kamu meyakini mertemuan (mu) dengan tuhanmu. (13:2)
Al-Qur’an membuat analogi antara hari kebangkitan dan
kehendak Allah di muka bumi. Kadang-kadang Al-Qur’an menyinggung kehendak Allah
yang akan terjadi di masa depan dan di akhirat sedemikian rupa sehingga kita
yakin tentang kehendak itu dengan membuat analogi dengan apa yang kita di sini.
Al-Qur’an menunjukan kejadian-kejadian yang sejenis dan membuat perbandingan
antara kejadian-kejadian tersebut dengan hari kebangkitan.
Al-Qur’an juga menyamakan hari kebangkitan dengan
peremajaan atau penyegaran musim semi di dunia yang mengikuti kematianya di
musim dingin. Al-
Qur’an menguraikan bagaimana Allah mengatur
atom dan molekul sambil menciptakan makhluk manusia dalam beberapa tahap. Alam
mati di musim dingin tetapi hidup kembali selam musim semi, saat pohon dan
cabang mengering menumbuhkan daun memekarkan bunga dan menghasilkan buah. Semua
ini hampir sama (tetapi tidak sama betul) dengan kejadian-kejadian yang terjadi
di tahun-tahun sebelumnya. Biji-biji tumbuhan yang tak terhitung jumlahnya dan
jatuh ke tanah selama musim gugur sebelumnya tumbuh dan berkembang menjadi
bermacam-macam tumbuhan tanpa ada kebingungan sedikitpun. Pembangkitan
orang-orang mati pada hari perhitungan akan terjadi seperti ini:
Dan sebagaimana tanda-tanda (kekuasaan)-Nya
bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila kami turunkan air
diatasnya niscaya ia akan bergerak dan subur.sesungguhnya tuhan yang
menghidupkan yang mati;sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (41:39)
Dalam surat 81, 82, dan 84, Yang Maha Kuasa menyebutkan
dengan jelas tentang hari kebangkitan dan revolusi besar serta
kehendak-kehendak tuhan yang akan terjadi pada waktu itu. Dia menggunakan
gambaran-gambaran dengan analogi yang dapat kita hubungkan dengan apa yang kita
lihat di sini—panorama yang terlihat di musim gugur atau musim semi—dan
kemudian, dengan perasaan takjub di hati kita manerima sesuatu yang mungkin
ditolak oleh akal. Karena penafsiran makna umum dari ketiga surat ini akan
membutuhkan banyak waktu, penulis akan mengutip satu ayat saja: Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan
Manusia) dibuka (81:10). Ini menunjukan bahwa pada hari kebangkitan, amal
perbuatan setiap orang akan dibeberkan di atas sebuah catatan.
Al-Qur’an mengingatkan manusia atas tanggung jawabnya
sebagai imbalan atas rahmat Allah. Banyak ayat Al-Qur’an menyebutkan karunia
atau rahmat Allah kepada umat manusia, dan mengingatkan kita bahwa kita harus
bertanggung jawab atas rasa syukur atau rasa tidak bersyukur kita. Dengan kata
lain: “Hai manusia! Akankah Dia yang menganugerahkan rahmatNya kepada kalian
membiarkan kalian berbuat sesuka hatimu, dan kemudian masuk liang kubur untuk
tidur secara kekal di dalamnya tanpa membangunkan kembali?”
D. Makna Eksistensi Roh
Ilmu pengetahuan belum sepenuhnya siap menerima eksistensi
roh. Namun demikian, tidak berarti mengesampingkan eksistensi bagian-bagian di
dalam dunia, seperti tanaman, binatang, dan alam manusia, atau eksistensi dunia
alam-alam lainya di jagad raya in. alam lahiriyah kita yang kasat mata
menggugah kesadaran kita. Mulai dari partikel-partikel kecil sampai galaksi,
merupakan tempat dimana Allah Yang Maha Kuasa memberikan kehidupan, membentuk,
memperbaharui, mengubah, dan mematikan. Ilmu pengetahuan menaruh perhatian
tersendiri pada fenomena dunia ini.
Roh merupakan suatu hukum, yakni hukum tentang makhluk
hidup yang dilengkapi dengan eksistensi eksternal atau rasional. Hukum ini
berpotensi mencapai universalitas. Bahkan hukum-hukum alam, yang dianggap lemah
jika dibandingkan dengan roh, memiliki stabilitas dan kekekalan. Seseorang
dapat mengetahui bahwa semua jenis eksistensi, meskipun merupakan subyek
perubahan, memiliki sebuah dimensi permanen yang tetap tidak berubah sepanjang
tahap kehidupan.
Jasad bersifat tidak kekal, sedangkan roh yang tinggal di
dalamnya bersifat permanen. Perubahan pada jasad atau elemen-elemen lainya
tidak mempengaruhi roh. Roh mengubah atau memperbaharui pakaiannya (jasadnya)
setiap tahun. Ketika roh menanggalkan pakaiannya ini untuk terakhir kalinya
(kematian), kekekalan roh tidak terpengaruh dan sifat dasarnya tidak rusak,
karena jasad hidup karena roh, bukan roh hidup karena jasad. Bahkan dapat kita
katakan, jasad tidak hanya sebagai pakaian roh, melainkan tempat tinggal roh.
Roh memiliki pelindung yang sangat halus, yang dapat disebut selubung tipis.
Ketika jasad mati roh meninggalkan tempat tinggalnya dan mengenakan
pelindungnya yang halus.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa roh
manusia, yang merupakan elemen kehidupan, kesadaran seseorang, bersifat abadi
dan diciptakan sedemikian rupa oleh kehendak dan izin Allah.
Bagaiman kita dapat
membentuk eksistensi roh? Benda atau sesuatu dalam dunia lahiriah terdiri
dari atom-atom, yang membuat partikel-partikel kecil. Tetapi, roh adalah suatu
kesatuan sederhana dan dengan demikian bukan merupakan subyek disentegrasai.
Kita tidak dapat melihanya seperti halnya benda lahiriah. Meskipun kita
menerima eksistensinya dan mengamati manifestasinya, kita tidak dapat
mengetahui sifatnya. Namun demikian, pengabaian kita terhadap sifat sesuatu,
bukan berarti bahwa sesuatu tersebut tidak memiliki eksistensi.
Roh bukanlah suatu kekuatan listrik. Roh merupakan sesuatu
yang sadar dan kuat yang dapat belajar, berfikir, merasakan, dan memberikan
alasan. Roh terusmenerus berkembang, biasanya selaras dengan perkembangan fisik
jasad, juga secara mental dan spriritual melalui pembelajaran, refleksi,
keimanan, dan ibadah. Roh juga menentukan karakter, sifat, identitas seseorang
dan juga membuat seseorang menjadi unik. Meskipun pada dasarnya semua manusia
tercipta dari beberapa elemen, karakter, sifat, dan wujudnya, sampai dengan
sidik jari mereka bersifat unik. Roh seseoranglah yang menentukan perbedaan
ini.
Roh mengatur
kecakapan di dalam diri kita. Semua makhluk berprilaku sesuai dengan sifat
pembawaan yang diberikan oleh Allah. Oleh karena itu kita saksikan suatu
ketentuan yang tegas di dalam gerakan alam semesta ini. Yang kita sebut hukum
alam sebenarnya adalah nama-nama yang kita berikan kepada bagaimana makhluk
melatih sifat pembawaan yang diberikan Allah melalui perilaku atau lambang.
Sifat pembawaan sesuatu tidak “berdusta”. Misalnya Allah memerintahkan bumi
untuk berputar pada porosnya dan mengitari matahari, dan bumi harus bertindak
seperti itu.
Roh memiliki hubungan
erat dengan masa lalu dan masa depan. Binatang tidak memiliki konsep waktu,
sebagai sifat pembawaan yang diberikan Allah yang menyebabkan mereka hidup
hanya untuk waktu sekarang. Tetapi, manusia sangat dipengaruhi oleh penderitaan
kejadian serta kesengsaraan masa lalu. Hal ini karena roh manusia merupakan
suatu kesatuan indera yang sadar.
Roh menjalin hubungan
dengan dunia lahiriah melalui jasad. Roh merupakan suatu kesatuan sederhana
yang berasal dari kehendak Allah. Untuk mewujudkan dan memfungsikan di dunia
ini roh memerlukan perantara lahiriah. Sebagaimana jasad tidak dapat
berhubungan dengan dunia simbol atau wujud non-lahiriah, roh dapat menjalin
hubungan dengan dunia ini hanya melalui perantara jantung, otak, dan organ serta
anggota badan jasmaniah lainya.
Roh menetukan wajah
masa depan seseorang. Roh ini merupakn manifestasi dirinya sendiri terutama
pada wajah sesorang, menjadikanya sebagai sebuah jendela terbuka menuju dunia
internal seseorang. Melalui semua perwujudanya, wajah seseorang menyingkap
karakter orang tersebut. Para ahli psikologi menyatakan bahwa hampir semua
gerakan seseorang, bahkan batuk seseorang, memperlihatkan karakter orang
itu. Membaca wajah seseorang untuk mengetahui
karakter, kemampuan, dan kepribadianya dikenal dengan physiognomy (seni mebaca
karakter melalui penampilan fisik).
Roh menerima
pendidikan moral, spiritual, dan intelektual, dan menyebabkan perbedaan
karakter. Seorang manusia dapat terus tumbuh secar intelektual atau
spiritual selamanya, berhenti pada titik tertentu dan berubah arah, atau
membiarkan kecakapan intelektual dan spiritualnya rusak. Dengan kata lain,
pendidikan moral, spiritual, dan intelektual seseorang tidak tergantung pada
perubahan jasmaniah.
Roh merasakan dan
mempercayaiatau tidak mempercayai. Manusia memiliki ratusan kata untuk
mengekspresikan perasaanya, dan tidak pernah mengalami perasaan persis yang
sama dengan perasaan orang lain. Selain itu, seorang manusia bisa mereflesikan
peristiwa-peristiwa di sekitarnya atau keindahan ciptaan, dan demikian
berkembang secara intelektual. Seorang individu dapat membandingkan dan
memberikan alasan, dan kemudian percaya kepada sang pencipta segala sesuatu.
Kemudian melalui ibadah dan mengikuti perintah-perintahNya, seseorang berkembang
secara moral dan spiritual dan menjadi seorang manusia sempurna.
Roh merupakan dasar
kehidupan manusia. Allah bertindak di dunia ini di balik tabir berbagai
sebab. Namun demikian, terdapat banyak dunia atau alam lain, seperti dunia
pikiran, simbol, bentuk-bentuk non-lahiriah, dimensi di dalam sesuatu, dan roh.
Di dunia ini, Allah bertindak langsung, dan benda serta penyebab tidak bersifat
operatif. Roh ditiupkan kedalam embrio secara langsung, tanpa perantara
penyebab. Ini merupakan suatu manifestasi langsung nama Allah yaitu Yang Maha
Hidup, dan oleh karena itu merupakan dasar kehidupan.
Roh memiliki
pelindung atau amplopnya sendiri. Jasad bukanlah pelindung roh. Tetapi, roh
memiliki pelindung atau amplopnya sendiri. Ketika roh meninggalkan jasad pada
saat kematian, roh diletakkan kepada pelindungnya, yang seperti sebuah
“negative/klise” jasad dan dikenal dengan
jasad astral atau jasad yang sangat ringan. Wujud jasad semacam itu dapat
ditangkap dan diperlihatkan melalui teknik-teknik fotografi khusus, sebagaiman
dibahas sebelumnya. Bahkan anggota badan yang teramputasi data dilihat.
E. Iman Kepada Hari Kebangkitan Dan
Kehidupan Sesudah Mati Secara
Universal
1. Percaya Kepada Kehidupan Sesudah Kematian Dalam Masyarakat Non-
Islam
Keuniversalan keyakinan agama, termasuk beberapa macam
eksistensi setelah kematian, secara umum diakui oleh para ahli antropologi
modern.sejumlah manusia terdahulu tampaknya membatasi eksistensi setelah
kematian sebagai kebaikan (dengan hilangnya keburukan), sebagaimana orang
Nikaragua, atau orang-orang yang memiliki derajat, seperti orang tonga (Negara
di kepulauan Polynesia); sedangkan orang-orang Greenland, New Guenia, dan
lain-lain sepertinya meyakini kemungkinan kematian kedua di dunia lain atau
ketika menuju dunia lain tersebut.
Maya. Landa
menulis bahwa bangsa Maya memiliki sebuah surga dengan keindahannya termasuk
makanan dan minuman yang melimpah di dalam bayangan pohon suci. Mereka juga
memiliki Mitnal, sebuah neraka untuk mereka yang keji dan jahat, di mana
kelaparan, kedinginan, dan penderitaan menerpa mereka. “Dewa kematian” Hunhau
memimpin dunia yang suram ini. Sedikit sekali yang diketahui mengenai penguasa
surga.
Inca. Apabila
pelaku dosa tidak melakukan pengakuan dosa sepenuhnya, mereka akan disingkirkan
dengan kemungkaran kekuasaan dalam kehidupan ini, dan setelah kematian akan
mengalami kelaparan dan kedinginan di suatu tempat jauh di dasar bumi, di mana
satu-satunya makanan mereka adalah cerita. Mereka yang menjalankan kehidupan
yang mulia dan bertobat atas dosa-dosa mereka akan mengalami eksistensi yang
berbahagia dengan makanan dan minuman yang melimpah di dalam surge dewa
matahari.
Babylona dan Assyria.
Pada agama bangsa Babylonia kuno, yang secara subtansial identik dengan bangsa
Assyria, tampaknya hukuman hanya terbatas untuk kehidupan saat ini. Kebaikan
dianugerahkan oleh rahmat Tuhan yang berupa kekuatan, kekayaan, umur panjang,
banyak keturunan, dan sebagainya. Keburukan diganjar dengan malapetaka
temporal. Mengenai kehidupan sesudah kematian, diyakini bahwa satu jenis hantu,
bayangan semi-material (ekimu), menyelamatkan kematian fisik. Ketika jasad
dikubur hantu turun kedalam roh untuk mendampinginya. Pada hari Ishtar, tempat
alam roh dimana dia turun untuk mencintai mayat yang dicintainya.
Mesir. Orang-orang
mesir yang beriman mencari kehidupan abadi yang utuh dengan dewa matahari
Osiris (yang berjalan setiap hari melintasi roh), sebagai tujuan setelah
kematian. Kepergian tersebut biasa disebut “kehidupan”, peti mayat disebut
“peti kehidupan”, dan
kuburan disebut “ penguasa kehidupan”.
2. Agama Yahudi dan
Kristen
Literature Yahudi yang meragukan pada abad pertama dan
kedua SM berisi perkembangan-perkembangan eskatalogis baru yang terutama
berkenaan dengan doktrin tentang ganjaran setimpal yang lebih jelas setelah
kematian. Sheol masih yang paling
dipahami secara umum sebagai tempat tinggal dari orang yang telah meninggal
yang sedang menunggu kebangkitan, dan tempat tinggal yang memiliki divisi
bebeda untuk memberi pahala kepada yang alim dan menghukum yang jahat. Untuk
yang keji, Sheol kadang kala sama dengan Neraka. Gehenna biasanya digunakan untuk tempat hukuman terakhir bagi
kejahatan setelah pengadilan yang terakhir, atau bahkan secara langsung setelah
keamtian; fisdaus sering digunakan untuk menunjukan tempat tinggal perantara
bagi jiwa orang-orang yang adil, dan surgalah tempat tinggal kebahagiaan akhir
mereka. Pemakaian istilah-istilah ini oleh kristus menunjukan bahwa orang-orang
Yahudi pada masanya sangat megenal makna-makna Perjanjian Baru mereka.
Eskatologi dalam
perjanjian baru. Perjanjian Baru atau eskatalogi Kristen secara umum dapat
dirangkum dalam bentuk seperti berikut ini:
a. Kematian:
kematian, perpisahan arwah dan jasad, dipahami terutama sebagai konsekuensi dan
hukuman terhadap dosa Adam (Roma5:12).
b. Pendekatan
tentang hari kiamat: Kristus, disamping mengungkapkan penolakan untuk merinci
kapan dunia akan kiamat (Markus 13:32;kisah 1:6), agama Kristen awal yakin
bahwa hari kiamat adalah dekat.
c. Penyucian:
keadaan tengah-tengah dengan durasi yang tidak diketahui di mana manusia yang
meninggal tidak sempurna, tetapi tidak menyesali dosa-dosanya, mengalami
penyucian agar memenuhi sarat masuk surga.
d. Neraka:
dalam ajaran Katolik, Neraka merupakan tempat atau keadaan manusia (dan
malaikat) yang, karena dosa, dikeluarkan selamanya dengan keadaan yang penuh
rahmat.
3. Kebangkitan Jasad
Datangnya kekuatan dan kemuliaan Kristus yang terlihat akan
menjadi sinyal bagi kebangkitan orang yang sudah meninggal. Ajaran Katolik
menyebutkan bahwa semua orang akan bangkit dengan jasad yang mereka miliki
dalam kehidupan ini. Tetapi secara pasti sesuatu yang diperlukan untuk
membangun identitas jasad yang bangkit dan berubah bentuk itu dengan jasad saat
ini tdak diketahui. Meskipun tidak didefinisikan secara formal, sudah cukup
pasti bahwa hanya akan ada satu kebangkitan serentak bagi kebaikan dan
kejahatan.
F. Eskatologi
Dalam Islam Tentang Peritiwa-Peristiwa Dan Keadaan
Akhirat
Aspek utama eskatalogi Islam mirip dengan tradisi Yahudi-Kristen.
Karena mereka berasal dari sumber yang sama dan betul-betul berasal dari Wahyu
Tuhan, beberapa poin umum bisa ditemukan: misalnya serbuan terhadap dunia
menjelang hari kiamat oleh Gog dan Magog (Ya’juj dan Ma’juj), kemunculan Dajjal
(Anti-Kristus) dan kemudian orang Mesiah dan/atau Mahdi yang akan membawa
keadilan dan keselarasan setelah kekacauan global, suatu kemurtadan global
sesaat sebelum kehancuran dunia, hari kiamat, hari kebangkitan, pengadilan
agung, jembatan (sirat), dan Surga
serta Neraka sebagai tempat tinggal akhir untuk makhluk-makhluk berakal.
1. Kematian Dan Roh
Sesudah Kematian
Jasad adalah sebuah alat roh, yang memerintah atau
mengendalikan semua anggota, sel, dan partikel-partikel kecilnya. Ketika waktu
yang ditentukan telah tiba, berbagai penyakit atau kesalahan pada fungsi-funfsi
tubuh berarti sebuah undangan
Izra’il, malaikat kematian. Kenyataanya,
Tuhanlah yang menyebabkan manusia mati. Bagaimanapun, manusia seharusnya tidak
mengeluhkan ini kepada Tuhan, seperti yang dapat dibenarkan oleh banyak orang,
Tuhan menggunakan Izra’il sebagai tirai atau selubung dalam mencabut nyawa.
Juga dia meletakan penyakit atau sejumlah malapetaka sebagai tirai antara
Izro’il dan kematian sehingga manusia tidak akan menyalahkan karena kematian.
Pada waktu kematian, biasanya jendela-jendela terbuka untuk
orang-orang beriman yang taat dari tempat-tempat mereka Firdaus, atau
ditunjukan wujud-wujud duniawi-lain atas perbuatan dan perkataan-perkataan
baiknya. Nabi Muhammad menyatakan bahwa nyawa ini dicabut dengan lemah lembut
ibaratnya air yang mengalir dari sebuah kendi. Yang lebih baik dari itu, para
syuhada’ tidak merasakan sakarotul maut dan tidak mengetahui bahwa mereka
meninggal; tetapi, mereka menganggap diri mereka menuju dunia yang lebih baik
dan menikmati kebahagiaan yang sempurna.
Untuk orang-orang mukmin yang taat, kematian bukanlah
sesuatu yang menakutkan. Meskipun jasad membusuk dan sepertinya memadamkan
cahaya kehidupan dan cahaya kesenangan, sebenarnya hanyalah merupakan suatu pembebasan
dari tugas-tugas berat kehidupan duniawi, suatu perubahan tempat tinggal, suatu
perpindahan raga, sebuah undangan dan permulaan kehidupan yang kekal. Dunia
terus menerus dihidupkan melalui makhluk dan takdir, dan terus menerus
menanggalkan kehidupan melalui siklus makhluk, takdir dan kebijaksanaan lainya.
Kematian membebaskan manusia dari dunia yang sempit, yang
menjadi bertambah berat saat manusia bertambah tua dan sakit, dan menyebabkan
manusia memasuki lingkaran kasih sayang Tuhan yang abadi, yang tidak terhingga
luasnya. Disana kita menikmati kebersamaan yang abadi dengan orang-orang yang
kita cintai dan kehidupan abadi yang bahagia. Oleh karena itu liang kubur kita
adalah seperti Rahim ibu kita; kita meninggalkan kedua tempat tersebut untuk menuju
sebuah kehidupan yang jauh lebih sempurna di dunia lain.
2. Roh Di Dalam Dunia
Antara (Alam Barzakh)
Setelah kematian, roh orang-orang yang hidupnya dipenuhi
dengan kebaikan, nila dan kesucian terbungkus dalam sutra atau benda seperti
sutra dan dibawa oleh para malaikat yang bertugas membawa roh ke Hadirat Allah.
Sambil membawa roh orang yang baik dan taat melalui Surga dan semua dimensi
eksistensi di dalam, para malaikat di tempat-tempat yang dilalui menyambutnya
dan bertanya: “Roh siapakah ini? Betapa indahnya roh ini!” para pembawanya
memperkenalkanya dengan nama terindah ketika dia hidup di dunia, dan menjawab:
“ini adalah roh yang, misalnya, shalat, puasa, dan menanggung penderitaan untuk
kepentingan Allah.” Akhirnya, Allah yang maha kuasa menyambutnya dan berkata
kepada malaikat: “kembalikan dia ke liang kubur tempat jasadnya dikuburkan,
sehingga Munkar dan Nakir, malaikat penanya dapat menginvestigasi mereka.
Roh orang yang keji dipandang hina pada setiap tempat yang
dilaluinya dan kemudian dilempar kembali ke liang kubur, jauh dari singgasana
yang maha kuasa.
Setelah pemakaman, roh tetap menunggu di
dalam dunia perantara (alam barzakh). Meskipun jasad terurai dan membusuk di
dalam tanah, partikel-partikel
(atom-atom) pentingnya
tidak. Alam barzakh adalah alam di mana roh merasakan
“hembusan” rahmat dari Surga atau hukuman
dari Neraka. Apabila mereka menjalankan kehidupan yang mulia,
perbuatan-perbuatan baik mereka akan tampak di depan mereka sebagai teman-teman
yang menyenangkan. Juga, jendela-jendela akan terbuka sehingga terlihat
pemandangan surgawi. Orang-orang dengan dosa yang tak terampuni akan menjalani
sejumlah penderitaan di alam barzakh sampai dosa-dosa mereka terhapus dan
mereka layak masuk surga.
3. Mengirim Hadiah
Kepada Roh Setelah Kematian
Roh di alam barzakh akan melihat dan mendengar kita,
apabila Allah mengizinkan. Dia dapat mengizinkan orang-orang suci melihat,
mendengar, dan berkomunikasi dengan orang-orang tertentu yang masih hidup, atau
mengizinkan sebagian dari mereka untuk menolong kita.
Setelah manusia meninggal dunia, catatan
perbuatan-perbuatan manusia tetap terbuka apabila di dunia yang kita tinggalkan
kita mewariskan kebaikan, anak-anak yang sholeh, buku-buku atau institusi yang
terus bermanfaat bagi orang lain. Apabila mereka telah membesarkan atau
membantu untuk membesarkan orang-orang yang memberi manfaat kepada umat
manusia, pahala kita bertambah; apabila yang kita wariskan di dunia adalah
keburukan, dosa-dosa kita bertambah terus sepanjang keburukan itu tetap
membahyakan manusia. Sehingga, apabila kita ingin membantu orang-orang yang
kita cintai yang ada di dalam barzakh, kita harus menjadi ahli waris yang baik.
Dengan membantu orang-orang miskin, megkaji hukum-hukum Islam, menjalankan
kehidupan yang baik dan mulia, dan khusunya dengan pengorbanan untuk memajukan
Islam, kesejahteraan Muslim secara umum, dan membantu umat manusia, pahala
mereka kan bertambah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di
atas, dapat di simpulkan bahwa:
Hidup manusia adalah indeks atau penunjuk bagi keajaiban
yang berasal dari Asma-asma Ilahi. Hidup manusia adalah alat untuk memikirkan
sifat-sifat dan kesempurnaan Ilahi. Ketika ajal menjemput raga, sepertinya
kehidupan akan berakhir. Tetapi, realitanya, makhluk hidup tersebut diangkat ke
tingkat yang lebih tinggi. Karena manusia merupakan ciptaan tertinggi, kematian
mereka harus lebih sempurna dan pasti memiliki tujuan yang lebih besar. Setelah
manusia mati dan dikubur, mereka pasti akan dibawa ke dalam kehidupan kekal.
Iman kepada akhirat merupakan dasar kehidupan umat manusia
dalam masyarakat ataupun individu, fondasi untuk semua kebahagiaan dan kasih
sayang, karena setelah iman kepada Allah, iman kepada hari akhir berperan dalam
melindungi sebuah tata sosial yang damai. Apabila kita tidak percaya bahwa kita
akan dipanggil untuk memperhitungkan amal perbuatan kita, mengapa kita
diharuskan menjalani hidup dengan jujur dan benar. Tetapi, apabila kita berbuat
menurut keyakinan bahwa kita harus menjalankan perhitungan amal perbuatan, kita
akan hidup dengan taat dan benar.
Hampir
semua agama setuju bahwa suatu hari akan datang dimana dunia akan binasa dan
dibangun kembali, dan mayat-mayat dibangkitkan menuju kehidupan lain yang
abadi. Lebih dari 100.000 Nabi telah datang, dan semua menyampaikan pilar
keimanan yang sama, termasuk keimanan terhadap hari kiamat dan kehidupan
sesudah kematian. Bahkan di dunia ini, dimana materialisme ilmiah tersebar luas
dan mendominasi lingkaran ilmu pengetahuan, jumlah orang yang memeluk agama dan
beriman terhadap kehidupan sesudah kematian adalah lebih besar dari yang
mengingkarinya. Penolakan atau skeptisme terhadap kehidupan sesudah mati tidak
obyektif, karena tidak ada orang skeptis (atau ateis atau anogtis) yang dapat
menggunakan ilmu pengetahuan untuk membuktikan secara obyektif bahwa skeptisme
bersifat ilmiah atau bahwa tidak ada kehidupan sesudah kematian.
Setelah kematian, roh orang-orang yang hidupnya dipenuhi
dengan kebaikan, nila dan kesucian terbungkus dalam sutra atau benda seperti
sutra dan dibawa oleh para malaikat yang bertugas membawa roh ke Hadirat Allah.
Roh orang yang keji dipandang hina pada setiap tempatyang dilaluinya dan
kemudian dilempar kembali ke liang kubur, jauh dari singgasana yang maha kuasa.
Setelah manusia meninggal dunia, catatan
perbuatan-perbuatan manusia tetap terbuka apabila di dunia yang kita tinggalkan
kita mewariskan kebaikan, anak-anak yang sholeh, buku-buku atau institusi yang
terus bermanfaat bagi orang lain.
B. Saran
Dari
pembahasan di atas, penyusun dapat memberikan saran bagi pembaca makalah ini
agar menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya, dan tidak menyianyiakan
hidupnya dengan memuaskan nafsu-nafsu jasmaniah yang fana dan mengejar
kesenangan-kesenangan yang sekejap saja. Hidup harus diabdikan demi pencarian
untuk menyadari tujuan yang dipikulkan kepada hidup itu sendiri oleh Sang
Pemberi Hidup.
Demikian
dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari masih banyak kesalah-kesalahan
yang ada dalam makalah ini, oleh karena itu, kritik dan saran pembaca sangat
penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah ini lebih lanjut.
No comments:
Post a Comment