Evaluasi
Pengembangan Bahan dan Media Dalam Pembelajaran
Ditulis oleh:
Ridwan Pratama NH1, Rosiana Novita2,
Siti Anisatus3, Vega Hardika4, Windy Kiswha C5
Bahan dan media adalah hal-hal yang tak dapat dipisahkan
dari sebuah pembelajaran. Media digunakan sebagai alat dalam proses
pembelajaran, sedangkan bahan adalah materi baik tertulis maupun tidak tertulis
yang akan diberikan dalam proses pembelajaran. Bayangkan saja jika tidak ada
kedua hal tersebut, akankah pembelajaran berlangsung lancar? Bahan dan media
pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal-hal tersebut
merupakan struktur yang memperlancar proses pembelajaran. Namun bahan dan media
pembelajaran sendiri juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakter
peserta didik.
Media adalah benda atau alat yang mampu membantu pelaku
pendidikan dalam memenuhi segala tujuan pembelajaran atau tujuan besar dari
pendidikan itu sendiri (Hamid, 149:2011). Media dipakai sebagai alat penghubung
antara guru dan murid, sehingga adanya media dapat mengomunikasikan antara
keduanya. Suatu media dapat dikatakan berhasil apabila media tersebut dapat
membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan bahan ajar yakni menganalisis kebutuhan, sehingga hal-hal yang
diajarkan dapat berguna bagi kehidupan peserta didik.
Seiring berjalannya waktu, pendidikan di Indonesia
mengalami perubahan yang signifikan. Dahulu, sistem pembelajaran di Indonesia
lebih cenderung menggunakan sistem banking.
Meskipun sekarang masih ada yang menerapkan sistem pembelajaran lama, namun
sebagian besar telah menggunakan sistem pembelajaran baru. Perubahan zaman juga
membuat media dan bahan ajar semakin bervariasi. Akan tetapi, dengan semakin
majunya perkembangan media dan bahan ajar belum tentu cocok diterapkan kepada
peserta didik. Begitu pula penerapan media dan bahan ajar yang ada di fakultas
ilmu pendidikan, jurusan PLS, di Universitas Negeri Malang. Oleh karena itu,
perlu dilakukan evaluasi ulang tentang kesesuaian media dan bahan ajar yang
diterapkan selama ini pada mahasiswa. Tentang bagaimana materi atau bahan ajar
yang diterapkan, berdampak kah untuk bekal kerja kelak, adakah yang harus di
evaluasi, serta bagaimana media yang digunakan selama pembelajan, sesuaikah
dengan karakter peserta didik, adakah yang harus di evaluasi? Hal-hal tersebut
adalah fokus dari pembahasan kali ini.
Media merupakan alat saluran komunikasi yakni saluran
komunikasi bagi pendidik dan peserta didik. Sedangkan media pembelajaran adalah
benda atau alat yang mampu membantu pelaku pendidikan dalam memenuhi segala
tujuan pembelajaran atau tujuan besar dari pendidikan itu sendiri (Hamid,
149:2011). Media merupakan alat penghubung bagi pendidik dan peserta didik yang
membantu menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran bisa berupa buku,
film, rekaman video, dan lain sebagainya yang dapat merangsang peserta didik
agar terjadi proses belajar.
Media pembalajaran yang baik adalah media pembelajaran
yang menarik perhatian peserta didik, agar peserta didik mampu memfokuskan pada
pesan yang diampaikan pada media tersebut. Selain itu, media yang baik adalah
media yang dapat mengembangkan minat peserta didik agar bisa mengikuti materi
atau bahan ajar yang disampaikan. Hal-hal yang mempengaruhi cocok atau tidaknya
media tersebut diterapkan dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut.
1.
Tujuan pembelajaran
2.
karakteristik siswa
3.
modalitas belajar
siswa (audio, visual, dan kinestetis)
4.
lingkungan ataupun
ketersediaan fasilitas pendukung.
(Hamid, 2011: 152)
Bahan ajar merupakan Menurut
National Centre for Competency Based Training (2007), adalah segala bentuk bahan yang
digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bahan yang dimaksudkan dapat berupa bahan tertulis maupun tidak
tertulis (Rusyanti, 2014). Bahan ajar dalam perkuliahan berupa materi yang
dibahas pada setiap pertemuan. Keduanya merupakan elemen penting dalam
pembelajaran. Jika tidak ada kedua elemen ini, pemebelajaran akan sulit
dilaksanakan. Agar bahan ajar sesuai atau cocok disampaikan kepada peserta
didik, maka penyusunan bahan ajar harus diawali dengan analisis kebutuhan
peserta didik. Misalkan jika peserta didiknya adalah petani, maka bahan ajar
yang diberikan yakni berhubungan dengan kehidupan petani yakni dengan
memberikan pengetahuan tentang bibit-bibit unggul, cara memberantas hama,
ataupun teknik-teknik pemasaran. Hal-hal tersebut akan berpengaruh terhadap
kehidupan petani. Jika peserta didiknya adalah petani, tidak akan tepat jika
diberikan materi tentang rumus phytagoras, atau cara mengukur tingkat kecepatan
sepeda motor.
Begitu pula dalam menyusun bahan ajar
untuk mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah. Diperlukan penyusunan bahan
ajar yang diawali dengan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan tersebut
minimal terhadap 3 dimensi, yakni (1) nilai-nilai yang di inginkan dan nilai
yang ada pada saat ini di masyarakat, termasuk peserta didik, orangtua, dan
masyarakat; (2) Ciri dan karakteristik yang dibutuhkan peserta didik serta ciri
dan karakteristik pada saat ini; (3) Ciri dan karakteristik yang di inginkan
pelaksana pendidikan di lapangan saat ini (Daryanto, 2013: 184). Pada intinya,
bahan ajar yang diberikan pada mahasiswa jurusan PLS harus memenuhi kebutuhan
dirinya, di harapkan orangtua serta masyarakat.
Dalam dunia pendidikan
kita sering mendengar kata evaluasi. Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa
hakikat dari dari evaluasi dan bahkan apa itu itu evaluasi terkdang disalah
artikan oleh seroang guru. Padahal seorang guru memiliki salah satu kewajiban
yakni melakukan evaluasi kepada program pembeleajaran yang telah dilakukan.
Evaluasi sering disalah artikan oleh seorang
guru dengan kata ujian, padahal ujian hanya salah satu bentuk evaluasi.
Jika ujian tidak dilaksanakan dengan baik dari segi penyusunan Intsrumennya,
bahkan ujian pun yang dibuat asal-asal tidak dapat dikategorikan sebagai bentuk
evaluasi. Bloom (1971) mendefinisikan evaluasi, sebagaimana kita lihat, adalah
pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam
kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana
tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Sejalan dengan itu, Stufflebeam (1971),
mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan
menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Evaluasi
adalah suatu proses untuk merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat beberapa alternatif dalam mengambil
keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau
penilaian merupakan suatu proses yang sengaja dilaksanakan untuk memeperoleh
informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat
keputusan. Dimana informasi data yang dikumpulkan itu haruslah data yang sesuai
dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan. Tujuan evaluasi bisa berbeda
dengan tujuan dari ujian. Secara sederhana evalusi digunakan untuk memeperbaiki
sistem dengan cara memberi penilaian berdasarkan data yang diambil dari suatu
atau sekelompok objek. Sedangkan ujian dapat dilakukan tanpa ada tujuan untuk
memeperbaiki nilai. Ujian juga dapat dilakukan hanya untuk menyaring dan
menentukan kelas dari kumpulan objek.
Fungsi evaluasi didalam
pendidikan tidak dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. Di dalam batasan
tentang evaluasi pendidikan yang telah dikemukakan tersirat bahwa tujuan
evaluasi pendidikan ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan
menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam
pencapaian-pencapaian tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan
oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai
dimana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar,
dan metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian dapat dikatakan betapa
penting peranan dan fungsi evaluasi itu dalam proses belajar-mengajar. Adapun
fungsi pelaksanaan evaluasi adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi berfungsi
selektif Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk magadakan
seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Evaluasi itu sendiri mempunyai
berbagai tujuan, antara lain: Untuk memilih siswa yang dapat diterima di
sekolah tertentu. Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat
berikutnya. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. Untuk
memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah dan sebagainya.
2. Evaluasi berfungsi
diagnostik Apabila alat yang digunakan dalam panilaian cukup memenuhi
persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan
siswa. Disampaing itu, diketahui pula sebab dari kelemahan itu. Jadi dengan
mengadakan penilaian, sebenarnya guna mengadakan diagnosis kepada siswa tentang
kebaikan dan kelemahannya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan ini, akan
lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.
3. Evaluasi berfungsi
penempatan System baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat, adalah
sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari
sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain.
Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar
terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa
bakat-bakat sendiri sehingga pelajaran akan akan lebih efektif apabila
disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi, disebabkan karena
keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual
kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat
melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat
menentukan dengan pasti di kelompok mana siswa yang sama, akan berada dalam
kelompok yang sama dalam belajar.
4. Evaluasi berfungsi
sebagai pengukur keberhasilan Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan
untuk mengathui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan
program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar,
kurikulum, sarana, dan system administrasi.
Dalam dunia pendidikan,
khususnya dunia persekolahan, evaluasi mempunyai makna ditinjau dari berbagi
segi:
a. Makna bagi siswa dengan
diadakannya evaluasi, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari
pekerjaan menilai ini ada kemungkinan: Memuaskan,- Jika siswa memperoleh hasil
yang memuaskan dan hal itu menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya
lagi pada kesempatan yang lain. Tidak memuaskan,- Jika siswa tidak puas dengan
hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar lain kali keadaan itu tidak
terulang lagi.
b. Makna bagi guru dengan
hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang
sudah berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum
berhasil menguasai bahan. Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan
sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran di waktu yang akan
datang tidak perlu diakan perubahan.
c. Makna bagi sekolah apabila
guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar
siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan
oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan
cermin kualitas sesuatu sekolah. Informasi dari guru tentang tidak tepatnya
kurikulum untuk sekolah itu dapat merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan
sekolah untuk masa-masa yang akan datang. Informasi hasil penilik yang
diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah, apakah
yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum ?.
Media pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran di jurusan PLS berbagai macam, antara lain
LCD proyektor, kertas karton, buku materi, dan papan tulis. Proses pembelajaran
di jurusan ini lebih sering menggunakan LCD proyektor sebagai media pembelajaran
karena metode yang digunakan adalah presentasi oleh dosen maupun mahasiswa.
Namun, tidak jarang dosen juga menggunakan papan tulis ketika menjelaskan
materi pembelajaran. Ada juga dosen yang mewajibkan setiap mahasiswa untuk
mempunyai buku yang terkait dengan pembejaran tersebut. Tidak hanya itu, ada
juga yang menggunakan kertas karton sebagai media pembelajaran ketika praktik,
contohnya praktik pemetaan desa dan identifikasi masalah.
Media pembelajaran yang
digunakan tersebut, masih perlu dikembangkan lagi agar proses pembelajaran bisa
berlangsung kondusif dan mahasiswa PLS menjadi lebih semangat. Selain itu, agar
pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mahasiswa tidak merasa bosan dan
aktif. Sebaiknya ada pengembangan media pembelajaran, misalnya dalam bentuk
permainan karena warga belajar dalam jurusan PLS terdiri dari berbagai usia.
Bahan ajar yang
diterapkan dalam jurusan PLS adalah bahan ajar yang terkait dengan konsep PLS,
lembaga-lembaga PLS, bagaimana pelaksanaan PLS dalam masyarakat, dan bagaimana
PLS bisa menjadi pendidikan alternatif untuk peningkatan kemampuan,
keterampilan dan kualitas hidup masyarakat. Dalam PLS UM sendiri terdapat 3
konsentrasi yaitu manajemen PAUD, pelatihan, dan pemberdayaan masyarakat. Jadi,
bahan ajar yang disampaikan pun disesuaikan dengan 3 ranah tersebut.
Dalam manajemen PAUD,
bahan ajar yang disampaikan adalah bahan ajar untuk memberikan keterampilan
misalnya menulis, membaca, menyanyi, menggambar dan mewarnai, membuat kerajinan
tangan, dan belajar sambil bermain. Maka dari itu diperlukan media pembelajaran
yang menarik dan sesuai dengan anak usia dini agar mereka dapat memahami bahan
ajar tersebut dengan baik dan senang hati. Selain itu, karakteristik anak usia
dini yang masih suka bermain dan memiliki rasa ingin tau yang tinggi bisa
dijadikan indikator dalam pemilihan bahan ajar yang mudah dipahami dan media
yang menyenangkan dan tidak membahayakan.
Dalam pelatihan, bahan
ajar yang disampaikan adalah bahan ajar yang terkait dengan konsep pelatihan,
tujuan pelatihan dan bagaimana pelaksanaan pelatihan tersebut. Sasaran
pelatihan sendiri bisa berasal dari berbagai usia dan kalangan. Bahan ajar dan
media yang digunakan saat pelaksanaan pelatihan harus disesuaikan dengan
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan usia peserta pelatihan.
Dalam pemberdayaan
masyarakat, bahan ajar yang disampaikan adalah bahan ajar yang terkait dengan
bagaimana cara membuat masyarakat berdaya sehingga mampu meningkatkan kualitas
hidup mereka. Masyarakat yang diasumsikan kurang berdaya adalah masyarakat yang
memiliki permasalahan dan tidak mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Ada
pula masyarakat yang memiliki potensi baik itu potensi dalam hal sumber daya
manusia maupun sumber daya alam namun tidak bisa mengoptimalkan potensi
tersebut dalam peningkatan kualitas hidup mereka. Maka dari itu, mahasiswa PLS
sebagai agen perubahan diharapkan mampu menjadi fasilitator dalam berbagai
kegiatan kemasyarakatan. Namun, dalam realitanya mahasiswa PLS masih belum
banyak terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat. Masih
banyak juga lembaga-lembaga PLS yang belum diketahui oleh mahasiswa PLS. Maka
dari itu, sebaiknya mahasiswa PLS sebaiknya turut serta dalam berbagai kegiatan
tersebut. Selain menambah pengalaman, hal tersebut juga bisa dijadikan sebagai
bentuk pengaplikasian tridharma perguruan tinggi dan penerapan ilmu yang telah
didapatkan selama ini. Selain itu, bisa digunakan sebagai upaya menguji
kemampuan diri dalam berbaur dengan masyarakat dan mencari solusi atas
permasalahan yang mereka hadapi.
Yang signifikan dimasa
sekarang ini media sangatlah mempengaruhi kehidupan pendidikan yang dialami
setiap manusia, mulai dari pola prilaku hingga dampak-dampak yang ditimbulkan
dari medianya sendiri dan pengguna media terlebih dengan generasi yang disebut
generasi XYZ yang sangat “kental” dengan penggunaan media dalam kehidupan
sehari-hari dan canggih tentunya. Dalam konteks komunikasi untuk menyampaikan
pesan saat ini “tidak perlu melangkah lebih jauh”. Namun yang patut menjadi
refleksi kita bersama yakni sekarang pengaruh media yang digunakan dalam dunia
pendidikan dengan bassis apapun itu efektif dan efisien kah untuk menciptakan
generasi-generasi yang berkualitas? mampukah pengguna media dalam dunia
pendidikan benar-benar mengenali batasan-batasanya hingga dampak-dampaknya? dan
tentunya jikalau hal tersebut terwujud maka dapat diyakini bahwa evaluasi
berperan dan memiliki kewenangan yang sangat urgen dalam implementasi suatu media yang ada dimasyarakat,
evaluasi memberikan pedoman atau nilai-nilai untuk pelaksanaan (penggunaan)
suatu media yang bertahan dimasyarakat dan membawa arah serta perubahan yang
progresif demi masyarakat yang berdikari
dan berkemajuan.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto.
2013. Inovasi Pembelajaran Efektif.
Bandung: Yrama Widya. (online) (http://www.eurekapendidikan.com/2014/10/pengertian-dan-Peranan-evaluasi-pembelajaran.html). Diakses tanggal 5 Desember 2016.
Hamid,
Moh. Sholeh. 2011. Metode Edu Tainment
(Menjadikan Siswa Kreatif dan Nyaman di Kelas). Yogyakarta: DIVA Press.
Rusyanti,
Hetty. 2014. Pengertian Bahan Ajar
Menurut Ahli. (Online)
(http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-bahan-ajar-menurut-ahli.html). Diakses tanggal 4 Desember 2016.
No comments:
Post a Comment